Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 28 Juli 2025 | 13:19 WIB
Ilustrasi Leptospirosis saat musim hujan. [Ist]

SuaraJogja.id - Kasus leptospirosis di Kota Yogyakarta masih menunjukkan tren yang meningkat.

Hingga saat ini saja sudah 21 kasus dengan 7 orang meninggal dunia akibat leptospirosis.

Terkait hal ini Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo segera melakukan pembahasan secara menyeluruh bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta.

Terlebih untuk membahas soal kemungkinan penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Saya hari ini mau rapat dulu dengan Dinas Kesehatan untuk membicarakan tentang itu. Karena ada rumusannya itu untuk menetapkan KLB atau tidak KLB itu ada rumusannya. Jadi tunggu nanti sore, ya," kata Hasto saat ditemui wartawan di Balai Kota Yogyakarta, Senin (28/7/2025).

Disampaikan Hasto, pihaknya bakal melakukan pemetaan secara mendalam terkait temuan kasus leptospirosis di wilayahnya.

Hal itu penting untuk mengetahui penyebaran kasus tersebut.

"Nanti kasus itu kalau dipetakan akan bisa dibaca trennya. Ketika dipetakan, sebetulnya kasusnya ini lebih banyak di daerah yang seperti apa, di daerah yang mana, itu akan bisa dibaca sebetulnya trennya di wilayah yang area seperti apa," ucapnya.

Ditanya mengenai kemungkinan penumpukan sampah beberapa waktu terakhir yang menjadi biang kerok kasus leptospirosis meningkat, Hasto belum bisa memastikan.

Baca Juga: Kasus Leptospirosis Mengintai Jogja, Pemilik Hewan Peliharaan hingga Pemancing Diharap Waspada

Namun ia bilang jika memang daerah yang lembab dan kotor itu memang berpotensi besar untuk menjadi lokasi berkembangnya kasus leptospirosis.

"Mungkin bisa ya bisa tidak, dalam arti gini, daerah-daerah yang kumuh, sudah lembab itu menjadi bagian, kalau daerahnya lembab, becek, basah, kotor, itu menjadi istilahnya ekosistem yang cocok untuk leptospirosis," tuturnya.

Oleh sebab itu, Hasto mengimbau warga Kota Yogyakarta untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya. Apalagi dengan kondisi yang sudah cukup jarang dilanda hujan.

"Ya arahan saya sih menjaga kebersihan lingkungan itu penting, ya. Jadi harusnya sekarang ini kan tidak terlalu sulit menjaga kebersihan lingkungan, karena tidak musim hujan," ucapnya.

"Kalau banyak hujan, musim hujan itu agak berat karena banyak yang becek-becek, basah-basah," imbuhnya.

Dia menyoroti kebersihan hunian yang berada di tepi-tepi sungai.

Menurutnya kondisi kebersihan lingkungan jadi faktor kunci menekan kasus leptospirosis.

Tidak kalah penting pula untuk mengenali tanda-tanda dini kasus leptospirosis. Sehingga tidak telat dalam penanganan jika terpapar.

"Selain gerakan kebersihan lingkungan, sampah, tidak yang becek-becek itu limbah, itu gerakan yang perlu kita lakukan mengenali tanda-tanda dini. Sedangkan karena masalah obat sudah cukup, tinggal masalah mengenali dini, antara gejala dini yang harus kita kenali," ujar dia.

Sementara itu, Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah mengungkapkan bahwa hingga saat ini sudah ada 21 kasus leptospirosis di Kota Yogyakarta.

"Data terakhir 21 kasus, yang meninggal 7 orang," kata Lana.

Load More