Rasa apresiasi dan pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda terhadap kebaya sebagai bagian dari identitas budaya itu yang terus dikembangkan.
"Kebaya adalah warisan budaya Indonesia yang penuh dengan makna dan filosofi, serta mencerminkan nilai-nilai tradisi, martabat, dan identitas perempuan Indonesia," tandasnya.
Gerakkan Ekonomi UMKM
Lebih jauh, Renita berharap tren berkebaya ini bisa menggerakkan UMKM di berbagai sektor. Mulai dari penjahit, pembatik, perancang busana, hingga penjual kebaya vintage.
Kebaya lama yang diwariskan dari ibu atau nenek, kata Renita, justru bisa menjadi bagian dari gaya hidup dan sustainable fashion atau mode berpakaian berkelanjutan.
"Semua yang dipakai itu jadi bisa bercerita, bercerita tentang budaya Indonesia. Jadi ini bukan cuma pelestarian budaya, tapi juga berdampak untuk ekosistem ekonomi," ucap Renita.
Gaungkan ke Penjuru Indonesia
Ke depannya, Bakti Budaya Djarum Foundation masih akan melanjutkan kampanye ini ke berbagai kota, terutama Jakarta sebagai pusat tren anak muda.
Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan berencana menjangkau komunitas olahraga yang tengah digandrungi saat ini, padel dan otomotif perempuan.
Baca Juga: Erina-Kaesang Menikah, UMKM Purwosari Bagi-bagi Makanan Gratis di Jalanan Pakai Lurik dan Kebaya
"Kita juga terbuka kalau misalnya nanti ada komunitas-komunitas yang mau hubungi kita untuk collab. Kita pengennya setiap bulan ada kegiatan," ujarnya.
Kendati saat ini fokus masih di Pulau Jawa, Renita tak menutup kemungkinan bahwa tahun depan mereka mulai bersiap menjangkau wilayah luar pulau seperti Sumatra dan Sulawesi.
"Kita kepengennya setiap bulan ada terus di mana-mana. Bukan cuma di bulan ini saja, di bulan Juli saja, bulan kebaya, Agustus misalnya bulan kemerdekaan, tapi terus jadi sehari-hari gitu. Dan bisa bergerak terus, hidup dan menghidupi," tandasnya.
GRAj. Ancillasura Marina Sudjiwo yang akrab dipanggil Gusti Sura menambahkan bahwa kebaya bukan hanya warisan kain dan jahitan.
Melainkan cerita tentang perjalanan budaya, identitas, dan jati diri perempuan Indonesia.
"Dengan memahami sejarah dan maknanya, kita bisa membawa kebaya tetap relevan di masa ini," ucap Gusti Sura.
Berita Terkait
Terpopuler
- 45 Kode Redeem FF Terbaru 8 Agustus: Klaim Pain Tendo, Diamond, dan SG2
- Siapa Pembuat Film Animasi Merah Putih One For All yang Tuai Kontroversi?
- Eks BIN: Ada Rapat Tertutup Bahas Proklamasi Negara Riau Merdeka
- 47 Kode Redeem FF Max Terbaru 8 Agustus: Dapatkan Skin Itachi dan Parafal
- Saat Kibarkan One Piece Dianggap Ancaman, Warung Madura Ini Viral Jadi 'Musuh Dunia'
Pilihan
-
PSG Tendang Gianluigi Donnarumma, Manchester United Siap Tangkap
-
Persib Sikat Semen Padang, Bojan Hodak Senang Tapi Belum Puas: Lini Depan Jadi Sorotan
-
Senyum Manis Jay Idzes Tanda Tangan Kontrak dengan Sassuolo
-
Jay Idzes Resmi Berseragam Sassuolo, Targetkan Lolos dari Zona Merah
-
Perang Tahta Sneaker Lokal 2025: Compass Sang Raja Hype, Ventela Sang Raja Jalanan?
Terkini
-
Jelang Setahun Prabowo-Gibran, Aktivis 98 Siapkan 'Rapor Merah' dan Ultimatum Reshuffle
-
OPPO Hadir Meriahkan BRI Super League 2025 dengan #LagaPenuhMomen dan OPPO Fan Zone
-
Ribuan Anak Perempuan Yogyakarta Jadi Sasaran Imunisasi HPV Gratis, Ini Cara Mendapatkannya
-
Bocah Diduga Diperkosa Ayah Tiri di Kulon Progo, Pelaku Membantah tapi Tak Punya Alasan Logis
-
BRI Taipei Teman Seperjuangan PMI Gaet 5 Ribu Pengunjung di Taiwan Sambut Mitra Finansial Tanah Air