SuaraJogja.id - Festival seni rupa kontemporer ARTJOG 2025 tak hanya menyuguhkan karya visual, tetapi juga menjadi ruang selebrasi budaya melalui panggung performa.
Salah satu program yang mencuri perhatian adalah 'Kita Berkebaya' yang sekaligus dalam rangka memperingati Hari Kebaya Nasional.
Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, menuturkan bahwa program ini bukan sekadar ajakan memakai kebaya.
Melainkan gerakan yang menyasar dampak sosial dan ekonomi lebih luas.
Ia menegaskan bahwa gerakan ini telah dimulai sejak dua tahun lalu, beriringan dengan pencanangan Hari Kebaya Nasional oleh pemerintah.
Tahun ini, kata Renita, pendekatannya yang ditawarkan lebih membumi dan berdampak langsung terhadap pelaku ekosistem kebaya.
"Kami ingin membuat sesuatu yang bisa langsung berdampak secara ekonomi kepada ekosistem kebayanya," kata Renita saat ditemui di Jogja Nasional Museum (JNM), Kamis (7/8/2025).
Salah satu upaya yang dilakukan dengan semakin mendekatan masyarakat terlebih kawula muda untuk mencintai dan bangga memakai kebaya.
Melalui berbagai aktivitas kreatif dan edukatif yang mengajak komunitas berkebaya dan sejumlah publik figur, generasi muda diajak untuk mencintai kebaya tanpa jarak.
Baca Juga: Erina-Kaesang Menikah, UMKM Purwosari Bagi-bagi Makanan Gratis di Jalanan Pakai Lurik dan Kebaya
"Tujuannya kami ingin supaya generasi muda yang sekarang ini mereka tidak berjarak dengan kebaya, bisa memakai kebaya itu sebagai pakaian sehari-hari," ucapnya.
Kebaya Bukan Milik Satu Etnis
Renita menekankan bahwa kebaya bukan milik satu etnis di Indonesia.
Lebih dari itu, kebaya adalah warisan budaya seluruh perempuan, bahkan masyarakat Indonesia.
Setiap daerah, menurutnya, memiliki kebaya khas yang bisa dipadupadankan dengan kain tradisional seperti batik, tenun, atau songket.
"Karena dengan memakai kebaya, yang sudah cinta sama kebaya pasti akan memakai padupadannya dengan wastra Indonesia," tuturnya.
Rasa apresiasi dan pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda terhadap kebaya sebagai bagian dari identitas budaya itu yang terus dikembangkan.
"Kebaya adalah warisan budaya Indonesia yang penuh dengan makna dan filosofi, serta mencerminkan nilai-nilai tradisi, martabat, dan identitas perempuan Indonesia," tandasnya.
Gerakkan Ekonomi UMKM
Lebih jauh, Renita berharap tren berkebaya ini bisa menggerakkan UMKM di berbagai sektor. Mulai dari penjahit, pembatik, perancang busana, hingga penjual kebaya vintage.
Kebaya lama yang diwariskan dari ibu atau nenek, kata Renita, justru bisa menjadi bagian dari gaya hidup dan sustainable fashion atau mode berpakaian berkelanjutan.
"Semua yang dipakai itu jadi bisa bercerita, bercerita tentang budaya Indonesia. Jadi ini bukan cuma pelestarian budaya, tapi juga berdampak untuk ekosistem ekonomi," ucap Renita.
Gaungkan ke Penjuru Indonesia
Ke depannya, Bakti Budaya Djarum Foundation masih akan melanjutkan kampanye ini ke berbagai kota, terutama Jakarta sebagai pusat tren anak muda.
Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan berencana menjangkau komunitas olahraga yang tengah digandrungi saat ini, padel dan otomotif perempuan.
"Kita juga terbuka kalau misalnya nanti ada komunitas-komunitas yang mau hubungi kita untuk collab. Kita pengennya setiap bulan ada kegiatan," ujarnya.
Kendati saat ini fokus masih di Pulau Jawa, Renita tak menutup kemungkinan bahwa tahun depan mereka mulai bersiap menjangkau wilayah luar pulau seperti Sumatra dan Sulawesi.
"Kita kepengennya setiap bulan ada terus di mana-mana. Bukan cuma di bulan ini saja, di bulan Juli saja, bulan kebaya, Agustus misalnya bulan kemerdekaan, tapi terus jadi sehari-hari gitu. Dan bisa bergerak terus, hidup dan menghidupi," tandasnya.
GRAj. Ancillasura Marina Sudjiwo yang akrab dipanggil Gusti Sura menambahkan bahwa kebaya bukan hanya warisan kain dan jahitan.
Melainkan cerita tentang perjalanan budaya, identitas, dan jati diri perempuan Indonesia.
"Dengan memahami sejarah dan maknanya, kita bisa membawa kebaya tetap relevan di masa ini," ucap Gusti Sura.
Menurut dia, generasi muda memiliki peran penting untuk menghidupkan kembali kebaya.
"Tidak hanya dengan memakainya, tetapi juga dengan memberi napas baru lewat ide, kolaborasi, dan kreativitas. Kebaya adalah masa lalu, masa kini, dan masa depan kita bersama," ujar dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 45 Kode Redeem FF Terbaru 8 Agustus: Klaim Pain Tendo, Diamond, dan SG2
- Siapa Pembuat Film Animasi Merah Putih One For All yang Tuai Kontroversi?
- Eks BIN: Ada Rapat Tertutup Bahas Proklamasi Negara Riau Merdeka
- 47 Kode Redeem FF Max Terbaru 8 Agustus: Dapatkan Skin Itachi dan Parafal
- Saat Kibarkan One Piece Dianggap Ancaman, Warung Madura Ini Viral Jadi 'Musuh Dunia'
Pilihan
-
Pilih Nomor 21, Jay Idzes Ikuti Jejak Pemain Gagal Liverpool di Sassuolo
-
Christian Adinata Juara Thailand International Series 2025: Comeback Epik Sang Tunggal Putra
-
PSG Tendang Gianluigi Donnarumma, Manchester United Siap Tangkap
-
Persib Sikat Semen Padang, Bojan Hodak Senang Tapi Belum Puas: Lini Depan Jadi Sorotan
-
Senyum Manis Jay Idzes Tanda Tangan Kontrak dengan Sassuolo
Terkini
-
Cinta Bola, Cinta OPPO! Meriahkan BRI Super League 2025 di OPPO Fan Zone
-
Skandal Judi Online Jogja: Masyarakat Melapor? JPW Curiga, justru Bandar yang Dilindungi
-
Sport Tourism di Sleman Menggeliat: Ribuan Pelari Padati Sleman Temple Run 2025
-
Jelang Setahun Prabowo-Gibran, Aktivis 98 Siapkan 'Rapor Merah' dan Ultimatum Reshuffle
-
Ribuan Anak Perempuan Yogyakarta Jadi Sasaran Imunisasi HPV Gratis, Ini Cara Mendapatkannya