SuaraJogja.id - Puluhan pelajar Muhammadiyah Kota Yogyakarta dikukuhkan sebagai kader JATAYU atau Praja Kota Yunior di Komplek Perguruan Muhammadiyah Purwodiningratan, Kota Yogyakarta, Minggu (24/8/2025).
JATAYU merupakan gerakan yang menjadikan pelajar sebagai duta ketertiban dan kedisiplinan di sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Program ini lahir dari gagasan Satpol PP Kota Yogyakarta yang bersinergi dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, TNI Angkatan Udara, serta Muhammadiyah.
Kolaborasi ini bertujuan menyiapkan generasi muda yang tangguh, berkarakter, dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045.
Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat, menyatakan program ini bukan sekadar seremoni.
Namun juga bagian dari ikhtiar serius menjawab tantangan bonus demografi.
"Kita sering mendengar istilah Indonesia Emas 2045. Tapi pertanyaannya, apakah benar-benar emas, atau justru cemas? Kalau anak-anak kita tidak dibekali disiplin dan kualitas yang baik, mereka akan rapuh seperti generasi ‘strawberry’ yang diluar tampak indah, tapi dalamnya lembek. Kita tidak ingin seperti itu," paparnya, Minggu.
Untuk memperkuat pesan itu, simbol tanaman pisang diangkat dalam kegiatan ini.
Filosofinya, pisang tidak akan mati sebelum berbuah, pantang menyerah meski ditebang berkali-kali, dan selalu melahirkan generasi penerus yang lebih baik.
Baca Juga: PTS Akhirnya Bernapas Lega! Pemerintah Batasi Kuota PTN, Yogyakarta Jadi Sorotan
"Anak-anak kita harus seperti pisang: kokoh, tangguh, dan memberi manfaat," ungkapnya
JATAYU dibentuk untuk mengawal lima panca tertib yang diharapkan menjadi budaya baru di kalangan pelajar.
Lima hal tersebut meliputi tertib bangunan agar tidak mencorat-coret sekolah, tertib lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tertib Damija atau daerah milik jalan dengan mengingatkan orang tua agar tidak parkir sembarangan saat antar-jemput, tertib sosial dengan tidak membully serta menghormati guru, dan tertib usaha dengan jajan di kantin sehat sekolah.
Ikrar tersebut disampaikan para pelajar dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami.
Pesan sederhana itu diharapkan mampu menyentuh tidak hanya pelajar, tetapi juga orang tua dan masyarakat.
"Misalnya buang sampah sembarangan? Jangan ya, Dik. Coret-coret sekolah? Jangan ya. Parkir sembarangan? Jangan ya, Pak," tandasnya.
Program ini juga diperkuat dengan nilai-nilai kesehatan dan kepedulian lingkungan.
Apalagi sekolah dan rumah harus menjadi kawasan tanpa rokok (KTR). Para kader JATAYU bahkan diajak untuk berani mengingatkan orang tuanya agar tidak merokok.
Selain itu, isu lingkungan dan ketahanan pangan juga menjadi perhatian.
Sampah anorganik didorong untuk dijual kembali, sedangkan sampah organik dimanfaatkan untuk pupuk dan pertanian sekolah.
Sejumlah sekolah Muhammadiyah bahkan mulai digerakkan untuk menjadi pionir sekolah ketahanan pangan.
"Anak-anak tidak hanya diajari memilah sampah, tetapi juga memanfaatkannya. Dari sekolah dan kampung, Yogyakarta harus jadi kota dengan ketahanan pangan yang kuat," jelasnya.
Yogyakarta dipilih sebagai pusat lahirnya program ini bukan tanpa alasan.
Kota ini punya sejarah panjang lahirnya Muhammadiyah pada 1912, Akademi Angkatan Udara pada 1946, dan Satpol PP pada 1950.
"Ketiganya lahir di Jogja, maka sangat wajar kalau bersinergi untuk melahirkan generasi emas dari Jogja untuk Indonesia," ungkapnya.
Pengukuhan Jatayu ini menjadi momentum penting menyiapkan generasi yang disiplin, peduli lingkungan, cinta tanah air, sekaligus sehat secara jasmani dan rohani.
"Melalui anak-anak Jatayu ini, mari kita guncangkan Yogyakarta, kita guncangkan dunia, dengan akhlak mulia dan kepedulian lingkungan," ungkapnya.
Sementara Ketua BKS Komplek Perguruan Muhammadiyah Purwodiningratan, Gintoro menyampaikan pengukuhan Jatayu merupakan langkah konkret membentuk kader pelajar yang berani dan disiplin.
Mereka akan menjadi teladan di sekolah, keluarga hingga masyarakat.
"Anak-anak Jatayu adalah duta ketertiban," ungkapnya.
Dengan lahirnya kader JATAYU di Perguruan Muhammadiyah Purwodiningratan, Yogyakarta sekali lagi menegaskan perannya sebagai kota pendidikan dan kota pelopor.
Diharapkan mereka konsisten menanamkan nilai-nilai ketertiban untuk masa depan Indonesia Emas 2045.
"Inilah bagian dari investasi karakter yang tidak hanya bermanfaat hari ini, tetapi juga untuk masa depan bangsa," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
Pilihan
-
Hasil Super League: Brace Joel Vinicius Bawa Borneo FC Kalahkan Persijap
-
Persib Bandung Siap Hadapi PSIM, Bojan Hodak: Persiapan Kami Bagus
-
5 Fakta Kekalahan Memalukan Manchester City dari Spurs: Rekor 850 Gol Tottenham
-
Rapper Melly Mike Tiba di Riau, Siap Guncang Penutupan Pacu Jalur 2025
-
Hasil Super League: 10 Pemain Persija Jakarta Tahan Malut United 1-1 di JIS
Terkini
-
Kiper PSIM Jadi Pahlawan, Gagalkan Penalti Klok di Detik Akhir, Persib Gagal Raih Poin Penuh
-
Polemik Royalti Lagu: Transparan atau Tidak? Temuan Pakar UGM Bongkar Borok Sistem Distribusi
-
Kuasa Hukum Keluarga Diplomat Arya Daru Tegaskan: 'Tidak Ada Masalah Mental! Keluarga Lebih Tahu!
-
Masa Depan Generasi Jawa Terancam? PKS DIY Siap Perangi Miras Online dan Judi Online
-
Misteri Kematian Diplomat Arya Daru: Keluarga Bandingkan dengan Kasus Sambo! Ada Apa?