- Siswa SD bernama Daffa santai menyantap MBG, bahkan menghabiskan 4 lele jatah temannya.
- Di tengah ketakutan isu keracunan, Daffa justru dengan polos meminta menu mi ayam ke depannya.
- Titiek Soeharto menegaskan evaluasi tak boleh hentikan program, minta penyedia nakal ditindak.
SuaraJogja.id - Di saat sebagian besar orang tua di Tanah Air masih dihantui waswas akan horor keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah pemandangan kontras dan menyentuh datang dari Yogyakarta.
Di sini, tak ada raut takut, yang ada hanya kepolosan seorang bocah yang lahap menyantap jatah makan siangnya.
Dia adalah Daffa (12), siswa kelas 6 SD Negeri Pujokusuman 1, Kota Yogyakarta. Alih-alih khawatir, Daffa justru menjadi 'penyelamat' bagi teman-temannya yang kurang doyan lauk.
Hari itu, saat menu yang disajikan adalah lele goreng, sayuran, tempe, dan buah anggur, ia dengan sigap menghabiskan jatah ikan milik kawan-kawannya.
"Ada lele, sayuran, tempe, anggur. Tadi lele habis 4, punya temen-temen yang nggak doyan," kata Daffa dengan polos saat ditemui di sekolahnya, Selasa (7/10/2025).
Bagi Daffa, program MBG adalah berkah. Ia mengaku rasa masakan yang disajikan selalu enak dan tidak pernah mengecewakan.
"Enak sih, gurih," imbuhnya singkat, menggambarkan rasa lele yang baru saja ia santap.
Namun, di balik perut kenyang dan wajah cerianya, Daffa menyimpan satu permintaan sederhana yang mungkin bisa menjadi catatan penting bagi penyelenggara program.
Ketika ditanya menu apa yang ia inginkan, jawabannya bukan rendang atau ayam goreng, melainkan jajanan favorit sejuta umat.
Baca Juga: Geger SPBU Gito Gati Dicurigai Jual Pertamax Tercampur Solar, Pertamina Angkat Bicara
"Mau request mi ayam. Semoga [dikabulkan]," ujarnya penuh harap.
Kisah polos Daffa ini menjadi potret nyata di lapangan yang disaksikan langsung oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, yang kebetulan sedang berkunjung.
Pemandangan ini seolah menguatkan argumennya bahwa menghentikan total program MBG karena kasus di beberapa daerah adalah sebuah kekeliruan.
Menurut Titiek, evaluasi harus berjalan, namun tidak dengan cara mengorbankan anak-anak seperti Daffa yang sudah merasakan manfaatnya.
"Ya enggak usah semua diberhentikan, kan di Jogja ini kan enggak ada masalah, mosok diberhentiin kan kasihan. Jadi yang ada masalah-masalah yang dievaluasi," tegas Titiek di lokasi yang sama.
Ia mendorong agar evaluasi dan sanksi difokuskan hanya kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau 'dapur' yang terbukti bermasalah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jeritan Hati Sopir TransJogja: Gaji Tipis, Denda Selangit, dan Ironi di Balik Kemudi
-
Jelang Libur Nataru, Kapolri Pastikan DIY Siap Hadapi Ancaman Bencana La Nina dan Erupsi Merapi
-
Tragis! Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Monjali Sleman, Dua Orang Tewas
-
Kisah Ironis di Jogja: Bantu Ambil Barang Jatuh, Pelaku Malah Kabur Bawa Dompet dan Ponsel
-
Jaga Warga Diminta Jadi Pagar Budaya Penjaga Harmoni Yogyakarta