Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 07 Oktober 2025 | 22:49 WIB
Kawasan Malioboro yang jadi pedestrian selama 24 jam saat HUT Kota Jogja, Selasa (7/10/2025). [Kontri/Putu]
Baca 10 detik
  • Malioboro direncanakan sebagai pedestarian permanen
  • Kendaraan bermotor dilarang melintas kecuali mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran
  • Wali Kota Jogja masih menilai beberapa ruas jalan menjadi perhatian jika nanti Malioboro full pedestrian

Selain persoalan lalu lintas dan logistik, Hasto menekankan pentingnya penataan kawasan Malioboro agar selaras dengan citra Yogyakarta sebagai kota yang istimewa.

Ia ingin konsep pedestrian bukan hanya menjadikan Malioboro indah secara visual, tetapi juga tertib, bersih, dan berkarakter berbeda dari kota lain.

Kota Yogyakarta harus menjadi kota yang spesial, bukan hanya dari sisi budaya, adat, atau heritage. Namun lebih dari itu juga dari sisi regulasi, ketertiban, dan kebersihan.

Terkait pengaturan kendaraan di Malioboro, Hasto akan mencari solusi agar becak motor (bentor) bisa bertransformasi menjadi kendaraan ramah lingkungan tanpa mengorbankan kenyamanan para pengemudi.

Sedangkan becak kayu akan diubah menjadi becak listrik.

Hasto menilai investasi untuk elektrifikasi becak masih tergolong ringan dan bisa ditanggung oleh pemkot.

Ia bahkan menyebut inovasi seperti itu sejalan dengan semangat menjadikan Malioboro sebagai ruang publik yang bersih, ramah lingkungan, dan manusiawi.

"Becak jumlahnya hampir seribu. Bagaimana agar becak itu, terutama bentor, bisa tidak bermotor tapi tetap tidak menyiksa penariknya. Becak kayuh sebenarnya bisa dipasangi mesin listrik, dan pemerintah bisa menyediakan stasiun charger listriknya," jelasnya.

Selain itu, rekayasa lalu lintas di titik-titik putar balik (sirep) juga akan menjadi perhatian Hasto.

Baca Juga: Wali Kota Jogja Ungkap Alasan Program Makan Bergizi Gratis Belum Maksimal, Ini Alasannya

Sebab jalur sempit di beberapa titik sering kali membuat kendaraan sulit berpapasan.

Menurut Hasto, perlu dilakukan desain ulang agar kendaraan bisa berputar tanpa menimbulkan kemacetan baru.

Misalnya dibuat cekungan untuk putar balik untuk kendaraan bermotor.

"Atau di muara sirep dibuat corong segitiga sehingga kendaraan bisa berputar. Tanpa itu kan tidak mungkin," ungkapnya.

Meski uji coba baru dilakukan satu kali, lanjut Hasto, pihaknya berencana menjadikannya bahan evaluasi dan dasar untuk merancang jadwal pedestrian yang lebih rutin di masa mendatang.

"Kalau mau full pedestrian itu harus ada dukungan infrastruktur yang disiapkan. Tapi saya yakin bisa. Insyaallah bisa," imbuhnya.

Load More