- Leptospirosis terjadi cukup banyak di Sleman
- Kematian mencapai 9 orang akibat dari kencing tikus ini
- Dinkes Sleman mengingatkan agar waspada terhadap lingkungan
SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat adanya lonjakan signifikan kasus penyakit leptospirosis sepanjang 2025.
Hingga Oktober ini, total sudah ditemukan 82 kasus, dengan sembilan di antaranya meninggal dunia.
Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama, mengatakan jumlah tersebut meningkat tajam dibanding tahun 2024 yang hanya mencatat 28 kasus.
"Untuk kasus leptospirosis, tahun ini ada 82 kasus. Ini ada sampai saat ini terjadi 9 kematian," ungkap Cahya kepada wartawan, Selasa (28/10/2025).
Jika sebelumnya kasus leptospirosis banyak ditemukan di wilayah Sleman Barat, disampaikan Cahya, kini persebarannya justru bergeser ke kawasan lain.
"Dulu Sleman Barat, tapi sekarang sudah berubah. Malah Ngemplak sekarang, yang tinggi Ngemplak," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa meningkatnya kasus di Ngemplak justru tidak terjadi di area persawahan. Melainkan di lingkungan yang cukup padat penduduk.
"Ini terjadi di Ngemplak itu malah tidak di area sawah. Tapi di area tempat meubelair [mebel], tapi agak kumuh gitu. Dia ngerokok, naruh rokoknya itu di meja yang kena kencing tikus mungkin. Kemudian dia masuk lewat situ," tuturnya.
Cahya menilai penyakit leptospirosis justru lebih berat penanganannya dibanding demam berdarah dengue (DBD).
Baca Juga: Kasus Keracunan Siswa di Mlati ke Tahap Uji Lab, Opor Ayam hingga Anggur jadi Biang Kerok?
Hal ini tak terlepas dari sumber penularannya yang berasal dari tikus masih sulit dikendalikan di Bumi Sembada.
Menurut Cahya, pemberantasan leptospirosis tidak bisa dilakukan oleh sektor kesehatan semata.
Ia menyebut, upaya pengendalian harus dilakukan bersama lintas sektor, termasuk Dinas Pertanian dan masyarakat.
Cahya menegaskan pentingnya pembersihan lingkungan untuk mencegah populasi tikus berkembang, terutama di area permukiman dan fasilitas umum.
"Selama masih ada sampah-sampah kayak gini ya, populasi tikus akan meningkat terus. Di foodcourt-foodcourt juga harus kita amankan. Sampah-sampah jangan terbuka. Nanti populasi tikus itu cepat sekali berkembang," ujarnya.
Cahya mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap gejala leptospirosis.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
Sultan HB X Bertemu KPK: Hakordia 2025 di Jogja dan Kabar Terbaru Korupsi Mandala Krida
-
Jangan Anggap Sepele, Demam Plus Nyeri Betis? Awas Leptospirosis, Sleman Catat 9 Kematian
-
DBD di Sleman Terkendali Berkat Wolbachia? Ini Strategi Dinkes Jaga Efektivitasnya
-
Bahaya! Kasus Leptospirosis di Sleman Renggut 9 Nyawa, Episentrum Bergeser ke Permukiman Padat
-
Generasi Muda Sulit Dapat Pekerjaan Layak, Ekonom UGM: Sistem Belum Berpihak pada Kemampuan Mereka