- Bakso di Bantul yang berbahan dasar daging babi menjadi polemik
- DMI yang sebelumnya membantu dengan menuliskan spanduk membuat klarifikasi karena dituding mendukung makanan non halal
- Saat ini spanduk sudah diganti dan penjualan tetap berjalan normal
SuaraJogja.id - Beberapa waktu terakhir media sosial (medsos) dihebohkan adanya penjual bakso babi di Ngestiharjo, Kasihan, Bantul yang tidak memasang tanda non halal.
Padahal beberapa pembeli di warung tersebut menggunakan jilbab.
Mengetahui hal ini, Dewan Masjid Indonesia (DMI) setempat akhirnya pun turun tangan.
Setelah mendengar kabar adanya warung bakso babi yang tidak memasang tanda non-halal secara jelas, DMI memutuskan untuk membuat dan memasang spanduk besar bertuliskan "Bakso Babi Non Halal".
Langkah itu dilakukan bukan untuk mematikan usaha. Namun untuk menghindarkan masyarakat muslim dari kekeliruan dan memberi edukasi soal kejujuran dalam berdagang.
Sekretaris DMI Ngestiharjo, Akhmad Bukori saat dikonfirmasi, Selasa (28/10/2025) mengungkapkan kisah bermula dari laporan warga pada awal Januari 2025 lalu.
Dalam pertemuan rutin pengajian bulanan DMI, para takmir masjid menyampaikan keresahan karena banyak warga, terutama perempuan berjilbab yang membeli bakso di warung tersebut tanpa mengetahui bahan dasarnya adalah daging babi.
"Awalnya dari laporan takmir, banyak orang lewat atau mampir beli bakso di situ, padahal itu bakso babi. Setelah dicek dan ditanyakan langsung ke penjualnya, memang benar bakso babi," ungkapnya.
Menindaklanjuti laporan itu, DMI melakukan pendekatan ke perangkat wilayah, termasuk dukuh setempat dan penjual.
Baca Juga: Sampah Jadi Berkah: Bantul Manfaatkan APBKal untuk Revolusi Biopori di Rumah Warga
Mereka meminta agar penjual mencantumkan label yang jelas agar pembeli muslim tidak tertipu.
Tapi penjual hanya menempel kertas kecil bertuliskan 'B2'.
Bahkan kadang kertas tersebut dipasang dan di lain waktu tidak dipasang sehingga masih banyak pembeli yang terkecoh.
"Kami sampaikan baik-baik, kalau menjual produk non-halal ya diberi tahu atau diberi label," ungkapnya.
Situasi itu membuat DMI khawatir. Setiap kali ada pertemuan rutin, topik yang sama terus muncul.
"Akhirnya kami sepakati untuk bertindak, supaya tidak berlarut. Kami buatkan spanduk besar, tulisannya jelas, supaya masyarakat tahu," paparnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik