- Angka kasus bunuh diri di Sleman meningkat
- Kesehatan mental menjadi perhatian pemkab
- Pos Pembinaan juga dilakukan untuk menekan kasus meningkat
SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mencatat peningkatan kasus bunuh diri dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan data 2022-2024, jumlahnya naik dari 16 menjadi 25 kasus.
Namun tren itu tercatat mulai menurun hingga Oktober 2025 kali ini yang tercatat ada enam kasus bunuh diri di Bumi Sembada.
"Kalau yang 2025 sampai bulan Oktober ini ada 6 kasus bunuh diri," kata Kepala Dinkes Sleman Cahya Purnama, dikutip, Minggu (9/11/2025).
Ia menyebut angka tersebut masih menjadi perhatian serius meskipun memang layanan kesehatan mental di Sleman sudah semakin luas.
Disampaikan Cahya, berbagai faktor sosial dapat berpengaruh bagi kesehatan mental hingga pemicu tindakan bunuh diri.
Mulai dari tekanan ekonomi dan relasi interpersonal atau perundungan.
"Bullying mempengaruhi. Ekonomi itu yang paling banyak mempengaruhi. Kemudian juga faktor teman yang paling dekat dengan lingkungannya itu, misalnya teman sekolah atau teman kerja, itu juga sangat mempengaruhi," ujarnya.
Ia menyinggung peran hubungan keluarga dan pasangan yang kadang justru memicu stres berat.
"Yang paling [pengaruh], kalau orang tua, teman hidup. Sudah masalah ekonomi sedikit, teman hidupnya ngeyel, nanti pasti kena masalah-masalah seperti itu. Nah, ini harus hati-hati," ucapnya.
Baca Juga: Lebaran 2025: Kapolresta Yogyakarta Ingatkan Waspada Pencurian Rumah Kosong & Debt Collector Nakal
Tak lepas tangan begitu saja, Dinkes Sleman pun sudah layanan kesehatan jiwa di Puskesmas.
Setiap fasilitas kini memiliki setidaknya satu hingga dua psikolog yang aktif melakukan asesmen dan intervensi.
"Di Puskesmas sudah punya, ya satu psikolog minimal, kita punya dua psikolog juga. Kemudian di sekolah pun sudah kita datangkan psikolog itu. Nanti kita lakukan asesmen secara kelompok," ungkapnya.
Tak hanya itu, Dinkes Sleman turut menyiapkan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) kesehatan mental, termasuk bagi kalangan atlet muda.
Hal itu sudah dilakukan sebelum penyelenggaraan Pekan Olahraga Daerah (Porda) kemarin. Kegiatan itu, kata Cahya, akan diteruskan dalam kesempatan ke depan.
"Nah, ini kita akan giatkan lagi nanti seperti itu, supaya nanti atlet-atlet itu ya tidak hanya sekadar kesehatan fisiknya, tapi kesehatan mentalnya pun kita ukur," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- Pembangunan Satu Koperasi Merah Putih Butuh Dana Rp 2,5 Miliar, Dari Mana Sumbernya?
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
ODGJ di Sleman Kembali ke Masyarakat: Ini Strategi Dinkes yang Diklaim Berhasil
-
Jangan Sampai Terlambat, Prediabetes Mengintai Anak Muda: Kenali Risikonya & Cara Mengatasinya
-
Prabowo Turun Tangan, Indonesia Kirim Kontingen Terbesar ke SEA Games Berkuda, Target Emas
-
Kasus Bunuh Diri Meningkat Tiga Tahun Terakhir di Sleman, Tekanan Ekonomi Jadi Pemicu Utama
-
DANA Kaget Hari Ini, Jangan Sampai Ketinggalan! Ini Link Aktif Saldo Gratis untuk Warga Jogja