- Khoirudin (Mbah Oden) adalah perajin blangkon 75 tahun di Desa Beji yang melestarikan tradisi sejak 1965, pernah melayani pesanan Keraton hingga artis terkenal.
- Desa Beji merupakan sentra blangkon sejak 1970-an dengan sekitar 14 perajin yang kini menjual produk secara daring menjangkau pasar internasional.
- Para perajin menghadapi tantangan regenerasi yang sulit serta mengharapkan adanya pendampingan pemerintah untuk hak paten dan pembangunan *showroom* bersama.
SuaraJogja.id - Di sebuah sudut tenang di Desa Beji, Sidoarum, Godean, Sleman, tradisi membuat blangkon terus menyala. Meski api tradisi kian kecil tapi tetap dipelihara dengan penuh kesetiaan.
Salah satu penjaga tradisi itu adalah Khoirudin, atau yang akrab dipanggil Mbah Oden. Usianya yang sudah menyentuh angka 75 tahun, tak menyurutkan semangatnya.
Hari-harinya masih ditemani kain batik dan bentuk-bentuk kerangka blangkon yang sudah ditata rapi.
Perjalanannya dimulai sejak 1965 ketika Mbah Oden belajar dari pakdenya.
Di masa-masa awal itu, pesanan datang dari berbagai penjuru, termasuk dari Keraton Yogyakarta pada masa Sri Sultan HB IX.
"Dulu banyak yang pesan dari keraton," ucap Mbah Oden lirih, seolah mengingatkan bahwa masa kejayaan itu turut membesarkan namanya sebagai perajin blangkon.
Sebelum pandemi Khoirudin sempat memiliki delapan karyawan. Namun situasi berubah sehingga ia kembali mengerjakan semuanya seorang diri.
Kini dalam sehari, ia hanya sanggup menyelesaikan dua blangkon. Namun baginya kualitas lebih penting daripada jumlah.
Pesanan besar tetap datang sesekali. Ia bahkan pernah membuat ratusan blangkon untuk pernikahan Raffi Ahmad setelah ajudannya datang langsung ke rumahnya.
"Untuk nikahan [Raffi Ahmad], lupa tahun berapa tapi pesan 275, ya biasa aja sudah sering dapat pesanan, ajudannya datang ke sini," ungkapnya.
Ia bahkan terpaksa menolak penambahan 40 pesanan sebab saat itu waktu yang diberikan terlalu mepet. Mulai dari perajin kecil di desa, produk blangkonnya sudah berkeliling nusantara bahkan menembus jauh hingga Suriname, Belanda, serta Jepang.
Silsilah Panjang dan Sentra yang Terus Bertahan
Desa Beji memang menyimpan sejarah panjang sebagai sentra blangkon Sleman sejak awal 1970-an. Tepatnya dimulai dari sosok Mbah Somo, perajin generasi pertama yang membuka jalan bagi anak-cucu meneruskan keterampilan ini.
Wawan, salah satu perajin lain menerangkan bahwa hampir seluruh perajin di Beji adalah keluarga besar yang mewarisi keahlian membuat blangkon.
"Ini asli turun-temurun untuk blangkon di sini," ujar Wawan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
-
Kids Dash BSB Night Run 2025 Jadi Ruang Ramah untuk Semua Anak: Kisah Zeeshan Bikin Terharu
-
Profil John Herdman, Pesaing Van Bronckhorst, Calon Pelatih Timnas Indonesia
-
Info A1! Orang Dekat Giovanni van Bronckhorst Bongkar Rumor Latih Timnas Indonesia
Terkini
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Kisah Inspiratif Laila, Ratu Batik Lampung yang Berdayakan Ratusan Perempuan
-
Tikam Samurai Siap Difilmkan: Epik Minangkabau yang Menantang Industri Layar Lebar
-
Motor Dinas Cuma Rp340 Ribu? Pemkot Jogja Buka Lelang Besar-Besaran, Begini Caranya!
-
Mantap! 26 UMKM Binaan BRI Jual Produknya di SOGO Central Park