- Dinkes Yogyakarta mencatat 1.161 kasus TBC hingga November 2025, didominasi warga luar wilayah tersebut.
- Tingkat kesembuhan TBC di Yogyakarta masih di bawah target nasional 90 persen, berpotensi penularan berkelanjutan.
- Pencegahan penularan melibatkan investigasi kontak, sementara risiko infeksi dipengaruhi gizi, gaya hidup, dan ventilasi hunian.
SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mencatat 1.161 kasus tuberkulosis (TBC) di wilayahnya hingga pertengahan November 2025. Ribuan kasus TBC itu ternyata didominasi oleh warga dari luar wilayah Kota Yogyakarta.
Epidemiolog Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Setyo Gati Candra Dewi, mengungkapkan, 1.161 kasus TBC itu tercatat sepanjang tahun 2025 hingga 17 November kemarin.
Kasus itu ternotifikasi di seluruh fasilitas kesehatan di Kota Yogyakarta. Termasuk 18 puskesmas, 18 rumah sakit, serta klinik dan praktik dokter.
"Dari total 1.161 kasus, hanya sekitar 590 yang beralamat di Kota Yogyakarta. Setiap tahun biasanya hanya 50-60 persen yang benar-benar warga kota," ungkap Gati, Minggu (30/11/2025).
Disampaikan Gati, jumlah tersebut tampak lebih tinggi dari estimasi kasus yang diprediksi pusat, yakni sekitar 1.034 kasus pada 2025.
Untuk mencegah penularan lebih luas, Dinas Kesehatan melakukan investigasi kontak pada setiap pasien TBC yang ditemukan. Kontak erat akan diperiksa gejala TBC, sedangkan kontak sehat akan diberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT).
Tracing turut dilakukan di sekolah-sekolah dan tempat kerja, termasuk di Balai Kota Yogyakarta.
"Kita harus tetap waspada karena TBC bisa menular di mana saja kantor, sekolah, pasar, transportasi umum. Masker sangat penting," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu menyatakan bahwa TBC masih menjadi perhatian serius di tingkat nasional maupun global.
Baca Juga: Malaysia Healthcare Expo 2025 Berlangsung di Yogyakarta, Hadirkan 14 Rumah Sakit Terkemuka
"Indonesia nomor dua dunia. Ini sangat mengkhawatirkan karena TBC bisa menular lewat udara dan siapa pun bisa tertular," ucap Endang.
Sedangkan di Kota Yogyakarta sendiri, angka kesembuhan TBC masih belum memenuhi target nasional sebesar 90 persen. Tahun lalu tingkat kesembuhan hanya sekitar 86 persen dan tahun ini diperkirakan baru mencapai hampir 80 persen.
"Belum pernah mencapai 90 persen. Padahal yang sudah diobati saja belum semuanya sembuh total, sehingga masih berpotensi menularkan," ungkapnya
Endang menjelaskan sejumlah faktor yang meningkatkan risiko TBC, terutama pada anak-anak, seperti gizi buruk, stunting, dan berat badan rendah.
Pada orang dewasa, kebiasaan merokok, penyakit diabetes (DM), HIV, serta gaya hidup tidak sehat turut memperbesar risiko infeksi.
Selain itu, kondisi hunian yang lembab, minim ventilasi, dan kurang cahaya matahari menjadi tempat ideal bagi bakteri Mycobacterium tuberculosis berkembang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
-
Kids Dash BSB Night Run 2025 Jadi Ruang Ramah untuk Semua Anak: Kisah Zeeshan Bikin Terharu
-
Profil John Herdman, Pesaing Van Bronckhorst, Calon Pelatih Timnas Indonesia
Terkini
-
Dinkes Jogja Catat 1.161 Kasus TBC, Warga Luar Kota Mendominasi
-
DANA Kaget Spesial Warga Jogja: Awal Pekan Istimewa, Rebutan Rp99 Ribu Bikin Hati Senang!
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Kisah Inspiratif Laila, Ratu Batik Lampung yang Berdayakan Ratusan Perempuan
-
Tikam Samurai Siap Difilmkan: Epik Minangkabau yang Menantang Industri Layar Lebar