- Azka Primadi, penyintas epilepsi dari Sleman, berhasil bebas kejang dan obat setelah operasi pada 2007 di Semarang.
- Layanan kesehatan epilepsi masih terbatas, ditandai dengan kesulitan diagnosis awal dan adanya stigma sosial masyarakat.
- Penanganan tepat perlu identifikasi tipe kejang; pada kasus kebal obat, operasi saraf dapat menjadi opsi pengobatan.
SuaraJogja.id - Azka Primadi, warga Sleman, Yogyakarta berucap syukur. Perjuangannya dalam menghadapi tubuh yang tiba-tiba jatuh dan bergetar tanpa kendali akibat epilepsi akhirnya terbayar.
Baginya sebagai penderita epilepsi dan keluarganya, kejang bukan sekadar kondisi medis. Melainkan siklus panjang kecemasan, kelelahan, dan perjuangan hidup yang sering tak terlihat oleh publik.
Ditengah perjuangan beradaptasi dengan penyakit tersebut, layanan kesehatan epilepsi masih terbatas saat ini. Belum lagi stigma negatif masyarakat akan penyakit tersebut.
Padahal secara global, terdapat lebih dari 51 juta penderita epilepsi di dunia, dengan sekitar 4,9 juta kasus baru setiap tahun. Namun belum banyak yang tahu bila epilepsi bisa disembuhkan atau paling tidak dikurangi gejalanya.
"Dan saya baru tahu kalau epilepsi itu bisa diobati padahal bertahun-tahun berjuang menerima penyakit ini," ujar Azka disela Semina Tata Kelola Epilepsi Kebal Obat di Yogyakarta, Sabtu (13/12/2025).
Penyintas epilepsi ini mengaku mengalami kejang sejak usia 13 tahun. Selama hampir sepuluh tahun, kejang datang tanpa henti, bahkan bisa 12 hingga 15 kali dalam seminggu.
Sejak remaja hingga dewasa muda, dia menjalani pengobatan rutin. Obat berganti, dosis naik-turun, tetapi kejang tak kunjung hilang.
"Rasanya seperti ritual saja. Datang ke rumah sakit, ditanya masih kejang atau tidak, lalu minum obat lagi. Begitu terus bertahun-tahun," akunya.
Saat itu, keterbatasan fasilitas kesehatan menjadi tembok besar. Pemeriksaan EEG hanya dilakukan singkat, sekitar satu jam. Jika kejang tidak muncul saat pemeriksaan, hasilnya dianggap normal. Padahal, epilepsi tidak selalu bisa “dipancing” dalam waktu singkat.
Baca Juga: Dishub Sleman Sikat Jip Wisata Merapi: 21 Armada Dilarang Angkut Turis Sebelum Diperbaiki
"Kalau saat diperiksa otak sedang normal, ya tidak kelihatan apa-apa," katanya.
Baru bertahun-tahun kemudian, setelah mendapat informasi dan bertemu dokter spesialis bedah saraf, sumber kejangnya terdeteksi melalui pemeriksaan lanjutan dengan teknologi yang lebih detail. Akhirnya pada 2007, Azka menjalani operasi di SMC RS Telogorejo, Semarang.
Hasilnya signifikan, kejang menghilang, obat dikurangi perlahan. Hingga akhirnya ia bebas kejang dan bebas obat sampai hari ini.
"Saya tidak lagi mengalami kejang saat ini, sudah bertahun-tahun," jelasnya.
Namun epilepsi bukan hanya soal kejang. Di sekolah, Azka pernah mengalami kejang di kelas. Nilainya merosot karena sering absen. Ia harus pindah sekolah dan memulai lagi di lingkungan baru yang tidak mengenalnya dan di situlah stigma mulai terasa.
"Teman-teman yang belum kenal jadi menghindar," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
Terkini
-
5 Juta Wisatawan Diprediksi Masuk Jogja Saat Nataru, Titik Rawan Kecelakaan Perlu Diwaspadai
-
Menjaga Nada dari Pita: Penjual Kaset Terakhir di Beringharjo yang Bisa Kuliahkan Tiga Anaknya
-
Antisipasi Arus Tersendat saat Nataru, Kontraktor Tol Jogja-Solo Lebarkan Akses dan Tambal Jalan
-
The 101 Yogyakarta Tugu Rayakan Festive Season Lewat Lelana Biruma, Angkat Tema Laut dan Lingkungan
-
10 Destinasi Wisata di Jogja 2025: Dari Kebun Binatang Merapi hingga di Tepi Laut