Misalnya, Manifesto Konkhaem menduduki sebuah ruang yang diabaikan di Kota Yogyakarta untuk menciptakan platform bagi berbagai media, untuk memberi panggung bagi mereka yang dieksploitasi, dilupakan dan dibuang dari pembangunan arus utama yang brutal.
Kemudian ada Muslimah Collective yang mengambil langkah yang tidak biasa di antara lingkup kesetaraan, yang biasanya membingkai hijab mereka dalam peran kewanitaan.
Kelima anggota Muslimah Collective menampilkan ragam bentuk karya yang fokus pada cara hidup muslim di Pattani.
Sementara itu seniman Moelyono menampilkan karyanya yang pertama kali diinisiasi pada 1994, sebuah persembahan untuk buruh perempuan yang dibunuh pada periode tersebut, Marsinah.
Baca Juga:Voice of Baceprot, Hijaber Metal Siap Buka Biennale Jogja 2019
Dalam Biennale Jogja 2019 ini, YBY juga memperkenalkan program Paviliun yang disebut dengan Bilik sebagai platform untuk bertemu dengan negara atau wilayah lain yang memiliki relasi erat dengan Asia Tenggara.
Dua bilik menempati ruang pamer di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri.
Bagaimana, sudah siap ke Biennale Jogja 2019, event seni di Yogyakarta ini?