Tolak Disebut Intoleran Soal Odalan, Warga Sendangsari: Tak Ada Kula Nuwun

Dirinya mengklaim, Desa Sendangsari justru memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap keberagaman agama dan aliran kepercayaan.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Rabu, 13 November 2019 | 13:20 WIB
Tolak Disebut Intoleran Soal Odalan, Warga Sendangsari: Tak Ada Kula Nuwun
GIANYAR, BALI, INDONESIA- MAY 21: Unidentified villagers bring gifts to the gods at the Balinese Temple during the Odalan Festival on May 21, 2011 in Gianyar, Bali, Indonesia.

SuaraJogja.id - Warga Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul menolak disebut melakukan tindakan intoleran setelah terjadi pembubaran upacara Odalan di Dusun Mangir Lor, Desa Mangir, Pajangan pada Selasa (12/11/2019) sore.

Pernyataan itu tertuang dalam rilis yang disebar pemerintah Desa Sendangsari sebagai klarifikasi atas tudingan intoleran.

Pada halaman terakhir rilis tersebut, seperti yang diunggah akun @Bekahapsara di Twitter, terdapat tanda tangan Lurah Desa Sendangsari M Irwan Susanto dan Sekretaris Desa Sendangsari Zuchri Saren Satrio.

Salah satu dari 10 poin yang disampaikan, pemerintah desa menegaskan, "Tidak benar sama sekali telah terjadi tindakan intoleran yang dilakukan warga Desa Sendangsari terhadap pelaksanaan acara Doa Leluhur yang sedianya akan digelar di Paguyuban Padma Buwana."

Baca Juga:WNI Asal Aceh Hancurkan 15 Patung Kuil Hindu di Malaysia, Dianggap Berhala

Menurut keterangan mereka, sikap warga murni merupakan reaksi karena orang yang terlibat dalam Ritual Odalan tidak "kula nuwun" atau memberikan sosialisasi, yang sudah menjadi norma adat di masyarakat setempat.

Warga Desa Sendangsari menilai, seharusnya umat yang terlibat menyampaikan sosialisasi menyeluruh tentang paguyuban, bentuk kegiatan, dan prosedur perizinan kegiatan serta pendirian rumah ibadah di Desa Sendangsari.

Zuchri juga membantah pemberitaan tentang adanya pembubaran paksa upacara leluhur Ki Ageng Mangir itu. Ia mengungkapkan, respons yang diberikan warga setempat murni berkaitan dengan proses perizinan, yang berlaku sama pada semua kelompok agama dan kepercayaan.

Dirinya mengklaim, Desa Sendangsari justru memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap keberagaman agama dan aliran kepercayaan yang hidup serta berkembang pada masyarakat.

"Salah satu bukti adalah masih banyaknya peninggalan bersejarah Hindu di Dusun Mangir yang masih dirawat dan dikelola dengan baik hingga saat ini," papar Zuchri.

Baca Juga:Viral! Pasangan Gay India Menikah dengan Tradisi Hindu Kental

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak