SuaraJogja.id - Pastor Gregorius Budi Subanar atau Romo Banar memimpin misa arwah untuk menghantarkan seniman Djaduk Ferianto ke peristirahatan terakhir di pemakaman keluarga di Sembungan, Kasihan, Bantul pada Rabu (13/11/2019) siang.
Romo Banar yang juga merupakan kawan dekat mendiang, selama memimpin misa arwah tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Dalam kotbahnya di hadapan ribuan pelayat, Romo Banar seringkali berusaha tidak menangis.
"Seperti janji saya pada Petra (istri Djaduk), saya tidak akan sedih," ungkapnya.
Budayawan itu merasa kaget mendapatkan kabar kematian Djaduk. Dari curhat Petra, istri Djaduk, seniman itu hanya merasa kesemutan beberapa kali.
Baca Juga:Di Tengah Ratusan Karangan Bunga bagi Djaduk, Ada Nama Jokowi dan Keluarga
Namun kehidupan dan kematian adalah misteri Sang Pencipta. Meski Djaduk baru mempersiapkan Ngayogjazz pada 16 November 2019 mendatang, Tuhan berkehendak lain dan memanggil Djaduk lebih cepat.
“Pengalaman kita tidak akan tahu. Banyak kenangan yang muncul dengan mas djaduk. Dia yang biasanya menciptakan keramaian untuk orang lain, sekarang orang ramai datang ke mas djaduk yang sudah memberikan banyak hal,” ungkapnya.
Romo Banar bangga, sebagai seniman, Djaduk mampu mengantarkan anak-anaknya berhasil. Tak hanya di bidang akademik, namun juga menjadikan mereka orang-orang yang berhasil di bidang lain.
“Padahal Mas Djaduk sibuk mengurusi orang lain," imbuhnya.
Djaduk diketahui meninggal Rabu sekitar pukul sekitar pukul 02.30. Sebelumnya Djaduk mengalami serangan jantung dan meninggal di pangkuan istrinya.
Baca Juga:Mengenang Sosok Djaduk Ferianto di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja
Kontributor : Putu Ayu Palupi