"Kalau cuma bisa milih di antara dua ini, kamu pilih mana: kaya tapi sengsara atau miskin tapi bahagia? source: @voaindonesia," tulis akun resmi @kominfodiy, sembari menyertakan tagar Yogyakarta, Yogya, DIY, Misqueen, Miskin, Bahagia, Indonesia, jogjaistimewa, dan kominfodiy.
Sejumlah warganet pun menyampaikan pendapatnya. Banyak yang protes melalui kolom komentar unggahan Kominfo DIY, tetapi ada juga yang memberi komentar positif.
"Kalau dengan ngandelin gaji UMR jogja, berapa tahun nabung baru bisa kebeli rumah di Jogja? Banyak anak zaman sekarang yang ngandelin nunggu jual rumah warisan ortu baru bisa beli rumah, itu pun di daerah pinggiran. Harga properti di Jogja gila-gilaan, yang beli pendatang semua. Lama-lama orang jogja tersingkir," tulis @alisyahputriliv.
"Setahuku di Jogja enggak ada serikat pekerja independen. Kalaupun ada minim informasi dan sulit dijangkau. Makanya orang-orang gampang banget dikibulin pake so called local wisdom "nerimo ing pandum". Rakyat nerimo, pengusaha gedhe nggendero [rakyat menerima, pengusaha mengibarkan bendera]," ungkap @ode.to.icarus.
Baca Juga:Greysia / Apriyani Sumbang Emas Terakhir Tim Bulutangkis Indonesia
"Itulah kenapa banyak yang ingin tinggal di Jogja. Karena bahagia itu tidak bisa diukur dengan uang," tambah @ardhianrizkifauzi.