Hal itu menjadi pelajaran bagi pihaknya, sehingga jalur pendakian masih dinyatakan ditutup. Terlebih lagi, karakter Merapi masih mengeluarkan awan panas walaupun durasinya berangsur berkurang. Hanya saja, kegempaan vulkanik masih ada, begitu juga lahar panas harus diwaspadai.
"Letusan freatik itu tidak bisa diprediksi, BPPTKG juga tidak bisa memprediksikannya. Ditutupnya jalur pendakian, termasuk untuk mencegah bahaya yang mengancam pendaki karena aktivitas itu," ucapnya.
BTNGM juga meminta kepada wisatawan dan masyarakat tidak percaya pada hoaks atau kabar bohong yang beredar, seputar jalur pendakian.
"Waktu ramai 17 Agustus kemarin, ada yang mengatakan di media sosial kalau jalur pendakian dibuka. Padahal jalur masih kami tutup. Ternyata yang dibagikan dalam info itu, gambar Merapi pada 2016," kata dia.
Baca Juga:CEO PSS Sleman Pastikan Kabar Seto Nurdiantoro ke Timnas Tidak Benar
Menurut dia, yang membagikan hoaks itu adalah anak sekolah, orang Boyolali. Langkah selanjutnya, tim mendatangi anak tersebut dan menyampaikan ke sekolah yang bersangkutan, agar anak itu dibina.
Kontributor : Uli Febriarni