Perdagangan Gelap Marak, Populasi Satwa Liar Turun 40 Persen

Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Satyawan Pudyatmoko paparkan pentingnya keberadaan satwa liar bagi manusia

M Nurhadi
Rabu, 26 Februari 2020 | 09:55 WIB
Perdagangan Gelap Marak, Populasi Satwa Liar Turun 40 Persen
Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Satyawan Pudyatmoko dalam pidato ilmiahnya saat dikukuhkan sebagai guru besar di UGM, Selasa (25/02/2020). [Suarajogja.id / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Perdagangan satwa liar di Indonesia menjadi ancaman serius bagi upaya pelestarian keanegaragaman hayati.

Maraknya perdagangan satwa liar di Indonesia bahkan diklaim menurunkan populasi satwa liar hingga lebih dari 40 persen.

Konservasi satwa liar di Indonesia menghadapi tantangan yang berat. Upaya negara untuk melakukan konservasi terbilang masih sangat rendah, tidak hanya di tingkat masyarakat namun juga para pengambil kebijakan.

"Pasar gelap satwa liar adalah bisnis yang sangat menguntungkan setelah obat-obat terlarang, persenjataan dan barang-barang palsu di Indonesia," ungkap Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Satyawan Pudyatmoko dalam pidato ilmiahnya saat dikukuhkan sebagai guru besar di UGM, Selasa (25/02/2020).

Baca Juga:Indonesia Naik Kelas jadi Negara Maju, Sandiaga Uno: Masih Sangat Jauh

Padahal, menurut Satyawan, keanekaragaman hayati berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan manusia. Lebih dari separuh populasi manusia di dunia tergantung pada keanekaragaman hayati. 

Satyawan juga memaparkan, nilai laju kepunahan keanekaragaman hayati saat ini berkisar dari 100 hingga 1000 kepunahan per sejuta spesies dalam setahun. Sekitar 10-30 persen spesies mamalia, burung dan amfibi juga ikut terancam punah.

Lebih lanjut, Satyawan menjelaskan pentingnya keberadaan satwa liar sebagai salah satu faktor keberlangsungan populasi manusia. Satwa liar juga ikut berkontribusi besar pada perkembangan ilmu kesehatan dan memberikan kemaslahatan bagi manusia.

"Etika konservasi harus menjadi pemandu dalam pengambil keputusan karena tidak mudah mendamaikan konflik-konflik kepentingan dalam perebutan ruang hidup antara  satwa liar dan manusia dalam realitas sosio-ekonomi Indonesia,” ujar Satyawan.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Baca Juga:Anggap Hujan Tak Terlalu Ekstrem, Wulan Guritno Heran Jakarta Banjir

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini