SuaraJogja.id - Bupati Kulon Progo, Sutedjo mendukung penuh gerakan Pit Selawe yang diluncurkan Polres Kulon Progo.
Pit Selawe yang merupakan akronim dari Pit Kanggo Sekolah Lan Nyambut Gawe atau Sepeda Untuk Sekolah dan Bekerja. gerakan ini digagas Polres Kulon Progo guna menekan pelanggaran lalu lintas di kalangan pelajar di Yogyakarta.
"Gerakan ini sangat bermanfaat, kami mendukung penuh," kata Sutedjo saat ditemui langsung di kantornya setelah melakukan promosi Pit Selawe bersama Polres Kulon Progo, Kamis, (27/2/2020) sore.
Program Pit Selawe ini juga bertujuan merangsang minat anak-anak sekolah dan para karyawan kantor serta masyarakat pengguna jalan untuk hidup sehat dengan bersepeda. Kebiasaan itu selain menyehatkan tubuh, juga bermanfaat mendukung upaya Kulon Progo bebas polusi.
Baca Juga:Berbekal Jenglot Andres Merampas Angkot dan Menyandera Sopirnya
Sutedjo menceritakan pengalamannya berdebat dengan salah seorang warga ketika melaksanakan safari tarawih di salah satu kecamatan di Kulon Progo.
Kala itu, ia menghimbau kepada jemaah untuk tidak mengizinkan putra-putrinya ke sekolah menggunakan kendaran bermotor jika belum punya SIM.
Sutedjo juga menyebut hal tersebut memiliki tujuan mengantisipasi resiko kecelakan. Hal ini karena banyak kalangan yang mengendarai sepeda motor padahal belum cukup umur dan belum memiliki SIM.
"Jadi kalau memang belum cukup umur tentu tidak boleh, hal itu sudah melalui kajian penelitian yang valid, umur-umur yang belum memenuhi syarat pasti jiwanya masih labil. Jadi, terlalu berbahaya untuk mengendarai kendaran bermotor," kenang Sutedjo.
Salah seorang jamaah lantas mendebatnya. Jamaah tersebut beralasan, para orang tua sibuk dengan pekerjaan dan berbagai hal. Dengan dalih tak ada yang mengantar ke sekolah, lantas mereka mengizinkan anaknya untuk mengendarai sepeda motor sendiri.
Baca Juga:Tewas Terjepit di Tiang, Sopir Toyota Rush Penabrak Ibu Hamil Ditahan
Mendengar cerita dari salah seorang jamaah, Sutedjo kemudian mengatakan, bahwa sebenarnya angkutan umum dulu masih ada.
Tapi karena para orang tua mengizinkan putra-putrinya menggunakan kendaran bermotor secara tak langsung membuat penumpang menurun drastis. Akibatnya, sebagian besar angkutan umum berhenti beroperasi.
"Waktu itu pun Pemda sudah membuat kebijakan memberi subsidi BBM. Tapi tetap saja penumpangnya tidak bertambah. Karena tidak untung juga,akhirnya angkutan umum memilih kukut atau berhenti," kata Sutedjo.
Ia meyakini, berhentinya operasi angkutan umum adalah akibat dari anak-anak sekolah yang kebanyakan lebih memilih menggunakan kendaran pribadi.
"Dengan gerakan Pit Selawe ini, saya tetap mendukung sekali," tegas Sutedjo.
Di lingkungan Pemda, Sutedjo mengatakan, sudah banyak pegawainya yang biasa bersepeda dari rumah menuju kantor. Bahkan ada juga yang bersepeda dari Yogyakarta bahkan Wates meskipun tidak setiap hari.