SuaraJogja.id - Hudi Utomo, Nenek berusia 88 tahun yang berprofesi sebagai pedagang buah di Objek Wisata Goa Selarong tetap berdagang ditengah merebaknya wabah corona.
Mbah Hudi, begitu ia biasa disapa, sudah berdagang buah di Goa Selarong sejak usia 15 tahun. Sebelumnya, ia mengikuti jejak ibunya berjualan di kawasan tersebut. Semenjak kepergian ibunya, Mbah Hudi melanjutkan berjualan dari usia belia hingga kini sudah di karunia 6 orang anak, 17 cucu dan 8 buyut.
Suami Mbah Hudi, meninggal setahun lalu. Saat ini, Mbah Hudi tinggal seorang diri karena anak yang biasa menemani tengah berada di Jakarta. Sementara anaknya yang lain, tinggal tidak jauh dari kediamannya.
Sehari-hari, sejak pukul delapan pagi hingga empat sore Mbah Hudi menjajakan dagangannya. Buah yang dijualnya berupa buah sawo, sirsak, dan kacang.
Baca Juga:Populer: Arti Mimpi Lihat Orang Meninggal, Nama Asli Meghan Markle di Akta
"Ini cuma hasil panen sendiri, punya anak saya tak jualkan," kata Mbah Hudi pada Suarajogja.id, Minggu (5/4/2020).
Pada hari biasa, Mbah Hudi mampu menjual dua hingga tiga tenggok buah. Namun, sejak corona mewabah, ia bahkan tidak bisa menjual satu tenggok penuh. Seringkali, ia pulang dengan tangan hampa, tidak ada satupun dagangannya yang terjual.
Keuntungan yang didapat juga tidak seberapa, dalam sehari berjualan Mbah Hudi untung tidak lebih dari Rp 10 ribu rupiah.
Biasanya Mbah Hudi akan membawa barang dagangan yang tidak habis terjual ke Pasar Bantul yang berjarak kurang lebih 8 Kilometer dari rumahnya.
Tidak hanya ke Gua Selarong, Mbah Hudi mengaku sudah terbiasa berjalan kaki ke Pasar bantul. Di umur yang lebih dari setengah abad, ia masih kuat membawa tenggok yang penuh dengan buah.
Baca Juga:Update Corona April 2020 di Jogja: 11 PDP Meninggal 106 Negatif
"Saya itu mata masih bisa lihat, telinga juga masih bisa dengar. Angkat buah segini (setenggok) ya masih kuat," kata Mbah Hudi sambil terkekeh.
Mbah Hudi mengaku, tidak tahu banyak tentang wabah corona yang tengah merebak di berbagai sudut dunia. Meski ia mengaku dinasehati oleh cucunya untuk tidak berpergian keluar rumah, dan rajin mencuci tangan terutama sebelum makan.
Ia punya kemauan kuat. Meski sudah dijamin oleh anak-anaknya agar tidak lagi berjualan. Semangatnya membuat ia tetap terus berdagang.
"Gusti Allah paring slamet, sehat, bagas waras, mboten enten alangan opo-opo," kata Mbah Hudi menjelaskan ketidak khawatirannya berjualan ditengah wabah corona.
Ia percaya, selama keimanan dan doa terus dipanjatkan, Tuhan akan selalu memberi jalan.
Berbicara mengenai rahasia tubuhnya yang masih bugar, Mbah Hudi mengaku rutin mengkonsumsi jamu parem tahun dan makan yang teratur.
Sementara olahraga yang dilakukan adalah berjalan kaki dari kediamannya hingga Pasar Bantul, serta rutin berjemur dibawah sinar matahari.
Selain dirinya, biasanya, di Goa Selarong ada tujuh orang pedagang yang menjajakan aneka makanan ringan dan buah-buahan.
Namun saat ini hanya tersisa Mbah Hudi dan tiga orang rekannya. Satu orang sama berjualan buah, dua orang lainnya berjualan bakso dan makanan ringan.
Pengunjung Goa Selarong kian menurun drastis. Jika sebelumnya, pada akhir pekan terdapat setidaknya 100 pengunjung, selama tiga minggu belakangan hanya ada satu atau dua orang yang merupakan warga sekitar.
Pasar Bantul tempat Mbah Hudi menjual dagangannya juga hanya buka hingga siang hari, dari yang sebelumnya hingga sore.
Hari semakin sore, sementara Mbah Hudi nanar melihat serabut sinar matahari yang perlahan tercabut satu persatu menjelang petang.