"Temuannya, kasus DBD di wilayah kuasi yang diintervensi dengan nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta menurun 74%, dibandingkan wilayah yang tidak diintervensi," kata dia.
Angka ini merupakan analisis awal dalam implementasi teknologi Aedes aegypti ber-Wolbachia untuk pengendalian vektor dengue.
Analisis ini menunjukkan arah positif bahwa terdapat penurunan kasus demam berdarah di wilayah penitipan ember telur nyamuk ber-Wolbachia dibandingkan dengan wilayah pembanding. Data kasus tersebut berasal dari data surveilans pasif Dinkes Yogyakarta sebelum dan setelah pelepasan Aedes aegypti ber-Wolbachia.
Kendati demikian menurut Uut, hasil dari wilayah kuasi ini bukan menjadi kesimpulan akhir. WMP Yogyakarta masih menunggu hasil dari penelitian Clustered Randomized Controlled Trial (CRCT), yang diharapkan diperoleh di penghujung 2020.
Baca Juga:Alhamdulillah Medis Corona Banten Tidur di Hotel, Bukan di Gedung Bekas
Ia menganjurkan agar masyarakat selalu meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari DBD dan COVID-19.
Untuk mendukung hal tersebut, program Pemerintah dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tetap menjadi acuan. Utamanya juga dalam menjalankan 3M plus, seperti menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas, plus menghindari gigitan nyamuk serta mengantisipasi tempat-tempat potensial yang menjadi sarang nyamuk.
“Sepanjang penelitian yang kami lakukan, kami meyakini metode Wolbachia sebagai komplementer dari upaya pengendalian DBD yang sudah berjalan, seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus,” tambah dia.
Epidemiologis WMP Yogyakarta Citra Indriani mengingatkan masyarakat untuk tidak ragu dan segera mengakses fasilitas kesehatan pemerintah terdekat jika mengalami demam. Menurutnya, sebagian besar puskesmas di Kota Yogyakarta saat ini sudah mendukung untuk deteksi dini demam berdarah. Deteksi dini penting untuk mengurangi keparahan dan penyebaran penyakit.
Diketahui, WMP Yogyakarta merupakan program penelitian yang dipimpin oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) dan didanai oleh Yayasan Tahija (tahija.or.id).
Baca Juga:Imbas Corona, 30.137 Pekerja di Jakarta Kena PHK
Kontributor : Uli Febriarni