Menurut Wati, dengan langkah tadi, maka pemerintah bisa mengambil over supply dari peternak dan disimpan dalam lemari es yang dimiliki pemerintah. Dengan demikian, peternak tidak dirugikan dengan siklus kondisi seperti ini.
"Cuaca panas seperti ini juga menyebabkan ayam gampang stress. Kalau pemerintah punya karkas kan bisa disimpan di lemari es, bisa didistribusikan ke konsumen saat membutuhkan," kata dia.
Ketua Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo), Hari Wibowo menyatakan, dalam kondisi seperti ini, perusahaan-perusahaan besar tak kalah merugi.
Ia menyebut, peternak mandiri sekarang sudah jarang ditemukan. Di Sleman sendiri, peternakan ayam potong terbilang sedikit dan lebih banyak peternak ayam petelur.
Baca Juga:Pemudik di Sleman Wajib Periksa ke Faskes, Pemkab Sediakan Shelter
Peternak sekarang hanya memeliharakan milik pabrik atau yang berskala besar. Hal tersebut menjadi pilihan, agar harga pasar tidak berpengaruh pada bisnis mereka.
Seakan mengiyakan Wati, Hari mengatakan anjloknya harga daging ayam karena over supply.
"Peternak tidak bisa mendistribusikan produksi mereka," ungkapnya.
Strategi yang bisa dilakukan peternak salah satunya yakni melakukan check in atau mengatur agar tidak memelihara bersamaan. Namun hal itu sebenarnya kewajiban dari pabrik untuk mengatur.
"Kemungkinan harga membaik pada Mei dan kembali ke harga normal. Ayam mentah Rp19.000 per kilogram. Kalau daging karkas Rp30.000 per kilogram," tandas Hari.
Baca Juga:Update Corona 10 April 2020 di Jogja: 3 Pasien Asal Sleman Sembuh
Kontributor : Uli Febriarni