SuaraJogja.id - Harga kebutuhan bahan pokok mendekati bulan Ramadhan 2020 masih terpantau stabil. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Yogyakarta Yuninato Dwi Sutono.
"Menjelang Ramadhan ini memang harga-harga [bahan pokok] di pasar masih stabil. Kami sudah melakukan pengecekan memang tidak ada bahan pokok yang naik. Namun ada satu komoditas yang masih tinggi harganya," kata Yunianto, dihubungi SuaraJogja.id, Senin (20/4/2020).
Ia melanjutkan, meski belum ada harga yang menukik naik, pihaknya akan melakukan operasi pasar bersama instansi terkait.
"Sebelum Ramadhan kami akan bekerja sama dengan Bulog untuk operasi pasar. Namun sejauh ini belum ada kenaikan harga bahan pokok di Kota Jogja," ungkap dia.
Baca Juga:Kisah Perawat Corona, Istrinya Wafat usai 22 Hari Berpisah karena Tugas
Di sisi lain, bahan pokok berupa gula pasir, kata Yunianto, merupakan kebutuhan yang hingga kini mengalami kenaikan harga.
"Gula pasir saat ini masih tinggi [harganya]. Kenaikan hingga Rp17.500 per kilogram. Sebelumnya sekitar Rp12.500. Memang bahan pokok ini diimpor dari luar negeri, sehingga cukup tinggi," kata dia.
Kepala Bidang Bimbingan Usaha Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Disperindag Yogayakarta Benedict Cahyo Santosa menyebut bahwa tutupnya beberapa toko dan warung makan menjadi salah satu faktor harga masih cukup stabil.
"Kemungkinan karena ada pengaruh pandemik COVID-19 ini juga. Karena banyak warung-warung makan yang dan tidak berjualan, sehingga kebutuhan akan bahan pokok yang biasanya mereka jual sedikit banyak juga mengalami pengurangan," kata Benedict.
Ia menjelaskan, saat ini masyarakat belum banyak yang membeli bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari. Namun ia memprediksi saat masuk bulan puasa ada kemungkinan permintaan bahan pokok meningkat dan terjadi kenaikan harga.
Baca Juga:Pemerintah Janji Berikan Perlindungan Optimal Bagi Dokter dan Tim Medis
"Melihat dari tahun sebelumnya, semua rata-rata mengalami kenaikan [ketika masuk bulan puasa], meski kenaikannya berbeda-beda karena sesuai hukum pasar, di mana jika permintaan tinggi, harga juga mengikuti. Ketika Ramadhan warga masyarakat ingin memenuhi kebutuhannya dengan lebih spesial dibanding bulan-bulan biasa. Selain itu juga banyaknya pasar tiban yg berjualan segala macam menu berbuka juga mempengaruhi. Namun mengingat masih masa tanggap darurat seperti ini kami belum bisa memastikan," ungkap dia.