Misteri Rumah Tua Berangka 8-6-1941 di Sleman, Napak Tilas Sunan Kalijaga

Di dalam bangunan tersebut konon terkubur kuku dan rambut milik Sunan Kalijaga.

M Nurhadi
Kamis, 23 April 2020 | 11:35 WIB
Misteri Rumah Tua Berangka 8-6-1941 di Sleman, Napak Tilas Sunan Kalijaga
Seorang warga keluar dari rumah tua di Sleman. (hops.id/Dehan)

SuaraJogja.id - Sepintas tak ada yang istimewa dari sebuah bangunan ketandan yang berada di Desa Grogol, Kecamatan Sayegan, Sleman itu. namun, tak banyak orang tahu, rumah itu menyimpan ribuan misteri hingga kini.

Di atas bangunan yang warnanya mulai mengelupas karena umur itu tertulis angka 8-6-1941, yang berarti bangunan itu sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Namun dituturkan Zubaidi, sang penjaga rumah tua, bangunan itu sudah ada jauh sebelum ketandan dibangun.

Ketandan adalah bangunan kecil yang di dalamnya, terdapat gundukan tanah yang menjadi rumah semut dan rayap. Namun tak sekedar rumah rayap atau semut, warga meyakini bahwa gundukan tanah itu adalah perwujudan dari kuku dan rambut Sunan Kalijaga yang rontok.

Hal ini didasarkan legenda bahwa sesaat setelah membuat Tuk Si Bedug dan menjalankan salat, Sunan Kalijaga dan beberapa pengikutnya melanjutkan perjalanan.

Baca Juga:Rupiah Tak Kuat Lawan Dolar AS, Melemah ke Level Rp 15.630

Sesampainya di wilayah Desa Grogol, rombongan Sunan Kalijaga berhenti untuk beristirahat. Ketika beristirahat, Sunan Kalijaga menyempatkan diri untuk merapikan rambut dan memotong kukunya.

Beberapa helai rambutnya pun terlepas dan jatuh ke tanah. Oleh salah seorang pengikutnya rambut sang Sunan yang rontok dirapikan, kemudian dikumpulkan bersama potongan kuku untuk kemudian dikubur, sebelum akhirnya mereka melanjutkan perjalanan.

“Kata grogol sendiri berasal dari istilah nggrogoli atau rontok. Hal ini terkait dengan kuku dan rambut Sunan Kalijaga yang jatuh saat dirapikan,” jelas Zubaidi, pada hops.id --jaringan Suara.com.

Anehnya, beberapa hari kemudian, tepat di tanah tempat mengubur kuku dan rambut Sunan Kalijaga muncul gundukan tanah yang semakin lama kian membesar. Hal ini diyakini karena sosok Sunan Kalijaga adalah orang yang memiliki kesaktian tingkat tinggi. 

Pada tahun 1940-an, seorang saudagar asal Kotagede merawatnya dengan membuatkan bangunan yang lebih baik untuk menaungi tempat itu.

Baca Juga:Diduga Sebar Pesan Provokatif, Ravio Patra Ditangkap Setelah WA Diretas

Keterkaitannya dengan warga asal Kotagede sebenarnya terjadi secara tidak sengaja. Saat sedang melintas di dekat gundukan tanah tempat rambut dan kuku Sunan Kalijaga dikubur tiba-tiba saja kudanya tidak mau jalan. Bahkan meski sudah berkali-kali dipaksa, kuda tersebut tetap tak mau melanjutkan perjalanan.

Di tengah keadaan yang membingungkan, saudagar tersebut seperti mendapat petunjuk untuk melakukan ritual meminta izin di tempat itu. 

Sang saudagar segera berdoa memohon kepada Allah SWT di tempat tersebut, tak lama setelah itu kudanya tiba-tiba kuda miliknya kembali bersedia berjalan seperti sedia kala, tak hanya itu. Usaha miliknya juga semakin besar.

Setelah kejadian tersebut, ia memutuskan untuk merawat pepunden itu hingga membangun bangunan diatasnya.

Karena cerita ini, banyak masyarakat yang datang dan berdoa meminta permohonan kepada Allah di lokasi tersebut. Hingga akhirnya, karena saking banyaknya orang yang datang ke tempat itu memunculkan sebuah tradisi baru yang dinamakan Midang, yang bermakna rasa syukur yang menyebabkan hati menjadi tenang. 

“Rangkaian acara midang dilakukan dari Tuk Si Bedug menuju ke ketandan. Hal ini dilakukan sebagai napak tilas perjalanan Sunan Kalijaga saat menyebarkan agama Islam di tempat ini. Dan biasanya semua orang yang biasa melakukan ritual di tempat ini, akan datang untuk mengikuti seluruh rangkaian upacara,” jelas Zubaidi.

Wallahu 'alam...

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak