Curhat Gelanggang UGM Dibongkar Dadakan, Rezki: Tempat Tercipta Solidaritas

Pihaknya menyayangkan rencana renovasi yang mencuat pada 2019-2020 ini terkesan mendadak.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 01 Mei 2020 | 15:20 WIB
Curhat Gelanggang UGM Dibongkar Dadakan, Rezki: Tempat Tercipta Solidaritas
Suasana Gelanggang Universitas Gadjah Mada (UGM) usai pengosongan, Jumat (1/5/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Rencana renovasi Gelanggang Universitas Gadjah Mada (UGM) tampaknya masih menjadi persoalan di tubuh mahasiswa. Rencana pembangunan ulang yang dinilai tanpa melibatkan mahasiswa ini menyulut reaksi keras mahasiswa. Mereka mengutarakan protes dengan mencoret dinding gelanggang.

Memang banyak cerita tersimpan di lokasi yang menjadi kumpulan sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) itu. Rezki Firmansyah, salah seorang anggota UKM Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala), mengaku, dari gelanggang, dirinya menemukan arti solidaritas.

"Gelanggang memiliki peran besar untuk mahasiswa di sini. Di samping kami harus mengejar bidang akademik, dari gelanggang ini kami bisa mengasah soft skill yang belum tentu didapat di bangku kuliah. Memang bukan dari gelanggangnya, tapi di UKM masing-masing, tapi bagi saya, tidak ada gelanggang, wadah untuk berkreativitas juga tidak akan ada," terangnya, ditemui SuaraJogja.id di Gelanggang UGM, Jumat (1/5/2020).

Mahasiswa yang sejak semester 1 aktif di kegiatan mahasiswa ini menilai bahwa solidaritas antar-UKM tercipta karena ada di Gelanggang UGM. Banyak kegiatan yang biasa dilakukan para mahasiswa di sana.

Baca Juga:Dian Sastrowardoyo Mengaku Lebih Bahagia di Usia 38

"Sebelumnya, UKM Mapala itu kan hanya ada di fakultas, jadi dari tingkat universitas ini tidak ada, tapi karena kami kerap kumpul, berdiskusi, dan memikirkan perkembangan UKM, akhirnya tercipta organisasi Pecinta Alam tingkat universitas. Jika bukan karena solidaritas, hal itu tak akan tercipta," ungkap dia.

Tak hanya Rezki, mahasiswa lainnya, Salman Hanif, juga mengatakan, Gelanggang UGM menjadi lokasi yang baik untuk mengembangkan kepribadian.

"Memang menjadi pilihan masing-masing orang bersedia atau tidak untuk berkembang. Namun, adanya fasilitas di sini membantu kami mengasah kemampuan. Di sisi lain, banyak teman di gelanggang membuat kami bisa bertukar pikiran dan berdiskusi hal-hal positif," terangnya.

Tak dipungkiri, Gelanggang UGM menjadi salah satu lokasi mahasiswa beristirahat di tengah penatnya jam kuliah. Namun begitu, tetap saja Gelanggang UGM menjadi wadah mahasiswa berekspresi.

Suasana Gelanggang Universitas Gadjah Mada (UGM) usai pengosongan, Jumat (1/5/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Suasana Gelanggang Universitas Gadjah Mada (UGM) usai pengosongan, Jumat (1/5/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Rencana pembangunan ulang Gelanggang UGM sebenarnya didukung mahasiswa. Bahkan sejak 2015 lalu, isu renovasi tersebut disambut baik oleh seluruh pihak kampus.

Baca Juga:Tes Massal karena Pasien Tak Jujur, 53 Nakes RS Sardjito Negatif COVID-19

"Sudah sejak 2015 lalu rencana renovasi ini muncul, tetapi terhenti karena beberapa alasan. Lalu 2016 juga muncul dan 2018 sudah cukup ramai siap direnovasi, tapi semuanya urung dilakukan. Pada 2018 lalu kami sempat dilibatkan untuk renovasi itu," jelas Rezki.

Pihaknya menyayangkan rencana renovasi yang mencuat pada 2019-2020 ini terkesan mendadak. Bahkan maket pembangunanya sudah jadi tanpa ada mahasiswa yang dilibatkan.

"Ditambah lagi dengan pendemi corona yang mucul saat ini. Kami diminta untuk mengosongkan lokasi sebelum tanggal 28 April. Jelas hal itu membuat kami kecewa dan melakukan protes. Kenapa harus secepat itu? Padahal situasi masih darurat karena corona. Harapannya ini menjadi perhatian atasan," terang dia.

Penanggungjawab Gelanggang Bergerak Iqbal Tuwasikal juga menyoroti waktu permintaan pengosongan yang terlalu cepat.

"Isu utamanya bukan pada renovasi, tapi pada waktu pengosongan gelanggang dan rencana dilanjut dengan perubuhan atau pembongkaran, kok dilakukan di masa pandemi seperti ini?" kata Iqbal.

Ia melanjutkan, UKM diperintahkan mengosongkan sekretariat sebelum 28 April 2020. Mahasiswa harusmembongkar dan  memindahkan semua barang, dojo tempat latihan, ring basket, hingga papan panjat sebelum waktu yang ditetapkan.

"Pimpinan UGM itu mengabaikan protokol Covid-19, baik penjagaan jarak dan juga pembatasan aktivitas di lingkungan UGM. Alasannya karena mengikuti timeline proyek pembangunan dari Kementerian PUPR. Sekali lagi, ini soal timing, moment, soal leadership, dan sense of crisis pimpinan UGM," katanya.

Diwawancarai terpisah sebelumnya, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UGM Jagal Wiseso Marseno menjelaskan bahwa permintaan renovasi sendiri turun langsung dari negara.

"Karena sifatnya itu terkait dengan Jakarta, pemberian dana adalah dari negara, , sehingga mereka meminta cepat dan membuat kami yang di bawah kepontol-pontol [terburu-buru]. Karena seolah cepat, akhirnya tak ada komunikasi dan lahirlah ini [protes mahasiswa]. Karena situasi seperti ini [pandemi Covid-19], kok ada pindahan, ini juga bukan kehendak kami," kata dia, Rabu (29/4/2020).

Jagal melanjutkan, pemberi dana sudah menghitung perencanaan pembangunan, mulai dari pagu anggaran, pencarian tender, dan persiapan pembangunan.

"Ada proses pembangunannya, sebenarnya pengosongan [gelanggang] dilakukan pada 27 April lalu. Sudah kami bicarakan dengan pihak-pihak yang bersangkutan," terangnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak