Diakuinya, banyak rencana yang harus tertunda setelah pekerjaannya dihentikan sementara. Bahkan, sekarang ia harus memutar otak lebih keras supaya bisa membayar cicilan.
"Ya sekarang hanya bekerja serabutan di desa, yang jelas kalau di desa paling tidak harga terjangkau, uang Rp20.000 sudah bisa buat hidup sehari. Setidaknya sekarang masih tercukupi," imbuhnya.
Dalam memperingati Hari Buruh ini, Sigit mengungkapkan harapannya kepada pemerintah agar bisa turut membantu lewat program pemulihan ekonomi nasional, yang menurutnya lumpuh pada waktu ini. Misalnya, kata Sigit, menambah ketersediaan lapangan pekerjaan dan menghentikan atau mengurangi tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia.
"Penambahan lapangan pekerjaan dan pengurangan tenaga kerja asing menurut saya penting, karena saat ini di Indonesia sendiri masih banyak rakyat yang belum memiliki pekerjaan," jelasnya.
Baca Juga:Madonna Ngaku Punya Antibodi Corona, Tak Sabar Mau Keluar Rumah
Nasib berbeda dialami Bara Aranandita Fata, yang bekerja sebagai technical support di sebuah perusahan di daerah Tangerang. Mengingat Tangerang masuk ke dalam zona merah, perusahaan tempatnya bekerja telah memberlakukan Work From Home (WFH).
Selain sudah bekerja dari rumah, Bara juga masih bisa menerima secara penuh gajinya. Meskipun begitu, setelah hampir lebih dari satu bulan bekerja dari mes tempatnya tinggal sementara di Tangerang, ia mulai merasakan kejenuhan.
"Jenuh rasanya karena di mes terus, kangen rumah juga. Sekarang hidupnya sangat monoton, tapi di satu sisi juga tetap harus survive," katanya.
Memperingati Hari Buruh di tengah pandemi Covid-19 ini, Bara berharap situasi sulit saat ini segera berakhir. Ia merasa miris mendengar kabar banyak buruh yang terkena PHK atau dipotong gajinya.
Menurutnya, hal itu bukan sepenuhnya salah perusahaan karena itu pasti juga bukan kemauan perusahaan, tetapi karena keterpaksaan keadaan. Pasalnya, ia juga melihat masih banyak perusahaan yang berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan pekerjan karyawannya.
Baca Juga:Kades Jalancagak Protes Soal Penyaluran Bansos, Mensos Jawab Ini