Soroti Sikap Bermedsos, Haedar Nashir: Hidupkan Hati di Bulan Ramadan

"Beragama pun karena terlalu verbal dan instrumental, sering kehilangan sisi irfani (ranah batin) dari buah ihsan. Beragama ala robotik, serbakeras dan egois."

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Senin, 04 Mei 2020 | 03:35 WIB
Soroti Sikap Bermedsos, Haedar Nashir: Hidupkan Hati di Bulan Ramadan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. (Suara.com/Putu).

SuaraJogja.id - Di bulan Ramadan 2020 ini, Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan seluruh umat Muslim untuk tak hanya berpuasa makan dan minum, melainkan juga puasa hati. Ia mengungkapkan hal tersebut melalui utas "Menghidupkan Hati" yang ia bagikan ke Twitter pada Sabtu (2/5/2020) sore.

Dalam utas tersebut, guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menyoroti pula aktivitas pengguna media sosial (medsos), terutama selama Ramadan. Menurutnya, banyak tumpahan amarah di medsos tak lantas menjadikan medsos sebagai hal yang buruk.

Bagi Haedar Nashir, medsos itu baik. Hanya saja, banyak orang yang belum bisa mengendalikan emosi dan mudah terpancing amarahnya.

"Medsos itu dunia baik, tetapi tidak jarang garang. Orang santun pun sering terpancing amarah. Berita hoax, fitnah, dan panas berseliweran setiap detik. Bukan medsosnya, tapi manusia di balik dunia daring itu yang tidak bijaksana. Orang seolah boleh apa saja," kicau akun resmi @HaedarNs.

Baca Juga:Kepala LBM Eijkman: Akhir Pandemi Corona di Indonesia Sulit Diprediksi

Dirinya lantas mengingatkan umat Muslim, yang saat ini tengah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan 2020/1441 H, agar menggunakan kesempatan ini untuk berbenah diri. Ketum PP Muhammadiyah yang menjabat sejak 2015 ini pun menyebutkan, selain berpuasa makan dan minum, umat Muslim juga perlu menghidupkan hati.

"Hati atau qalbu ialah bagian terdalam dari jiwa manusia, yang menjadi radar paling utama menyaring mana yang baik dan buruk. Hati itu mutiara berharga bagi hidup manusia. Bagai matahari memancarkan sinar, yang menyibak gelap. Hati itu berwatak hanif, penyaring segala gundah di jiwa. Bagai navigasi, kompas, dan peta bagi pelaut di samudera lepas.

Di kala siempunya tubuh bimbang tentang sesuatu, hatilah muaranya. Nabi mengingatkan: "istafti qalbaka": "tanyakan pada hatimu" (HR. Ahmad). Hati adalah peredam marah dan benci, dua virus yang sering menggerogoti jiwa setiap insan. Ketika marah dan benci menyatu, sikap adil dan baik pun sering luruh. Padahal Allah mengajarkan, ciri orang bertaqwa ialah menahan marah (QS Ali Imran: 134). Bersama itu setiap muslim diperintahkan untuk bersikap adil dan ihsan (QS An-Nahl: 90)," tulis Haedar Nashir.

Tokoh agama yang berdomisili di Kampung Peleman, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul ini menambahkan nasihat tentang mengendalikan diri dalam beragama. Apalagi, saat ini dunia diguncang pandemi corona, sehingga menghidupkan hati sangat penting untuk dilakukan.

"Jadikan Ramadan saat paling bening untuk menghidupkan hati. Semisal menghidupkan rasa kemanusiaan, lembut, cinta kasih, toleran, damai, dan baik hati terhadap sesama tanpa sekat apapun. Selain nilai kebenaran dan kejujuran. Bukalah rongga hati dengan iman agar disinari petunjuk Ilahi (QS Ath-Thagabun: 11). Boleh jadi karena terlalu rasionalnya kita setiap hari, hati dan rasa kurang hidup di jiwa. Sehingga diri kita menjelma jadi robot bernyawa, yang kering hati dan rasa.

Baca Juga:Disuruh Ibu ke Warung, Pemuda Ini Malah Pulang Bawa Istri

Beragama pun karena terlalu verbal dan instrumental, sering kehilangan sisi irfani (ranah batin) dari buah ihsan. Beragama ala robotik, serbakeras dan egois. Puasanya sekadar mengubah jadwal makan, minum, dan pemenuhan nafsu biologis dari siang ke malam. Minus puasa hati. Saatnya Ramadan menjadi wahana "mikraj ruhani" menghidupkan hati, sebagai buah dan aktualisasi bertaqwa. Apalagi ketika kita tengah menghadapi musibah Corona yang membuana. Begitu banyak korban jiwa dan derita di seluruh dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak