Nasi Bubur, Tradisi Buka Bersama di Masjid Peninggalan Murid Sunan Kalijaga

Murtadho menjelaskan, ada beberapa filosofi yang terkandung dalam tradisi tersebut.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Senin, 04 Mei 2020 | 16:40 WIB
Nasi Bubur, Tradisi Buka Bersama di Masjid Peninggalan Murid Sunan Kalijaga
Bangunan masjid Sabiilurrosyaad di Kauman, Wijirejo, Pandak, Bantul - (SuaraJogja.id/Mutiara Rizka)

Selain itu, di bagian depan masjid juga tumbuh pohon sawo. Maknanya adalah untuk mengingatkan jemaah agar merapatkan safnya sebelum salat. Dalam bahasa Arab, sawu berarti rapatkan.

Sebelum diperluas bangunannya, di bagian barat masjid dekat dengan tempat imam, tumbuh pohon jati yang juga mengandung filosofi tersendiri, yakni untuk mengingatkan bahwa sejatinya dalam beribadah adalah untuk mencari jati diri sendiri.

Sosok Panembahan Bodho sebagai murid Sunan Kalijaga sekaligus pendiri masjid tersebut dikenal masyarakat sebagai sosok wali, kekasih Allah yang menyebarkan agama Islam di kawasan tersebut.

Murtadho menyebutkan, sejauh ia mengingat, bahkan pada saat ia kecil, jumlah masjid di sekitarnya masihlah sedikit. Dalam satu kecamatan hanya terdapat satu masjid saja, sehingga dulunya, jemaah Masjid Kauman datang dari berbagai kawasan.

Baca Juga:Asuransi Jasindo Beri Bantuan untuk RS Rujukan Covid-19 di 6 Kota

Sebagai peninggalan salah satu tokoh, masjid ini juga kerap menjadi kunjungan wisata religi. Makam Panembahan Bodho sendiri terletak di dusun yang berbeda. Sementara makam istrinya, Nyai Brintik, tidak jauh dari bangunan masjid.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada buku atau naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara pasti menceritakan mengenai Panembahan Bodho beserta istri dan kiprahnya di Bantul. Sejauh ini, kisah-kisahnya hanya disampaikan dari mulut ke mulit, sehingga sangat mungkin terjadinya perbedaan kisah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak