SuaraJogja.id - Ramadan 2020/1441 H telah tiba, saatnya kicak si primadona kembali menjadi buruan warga Jogja. Jajanan berbahan baku beras ketan dan nangka ini memang memiliki popularitas yang bisa dibilang "musiman"; hanya saat Ramadan saja pedagang kuliner banyak menjual kicak.
Selama ini, Kampung Kauman dikenal sebagai "tempat kelahiran" kicak. Salah satu warganya yang akrab disapa Mbah Wono merupakan tokoh legendaris di balik kicak paling terkenal di Jogja.
Mbah Wono sudah menjual kicak sejak 1950-an. Namun, kudapan buatannya itu mulai populer pada sekitar 1970-an, saat Pasar Ramadan Kauman dibuka.
Dengan rasa manis dan porsi yang pas untuk berbuka, kicak Mbah Wono cocok dijadikan takjil, sehingga selalu laris dibeli warga Jogja menjelang berbuka puasa. Seiring berjalannya waktu, pedagang Pasar Ramadan Kauman pun mengikuti jejak Mbah Wono berjualan kicak.
Baca Juga:Banyak Warga Miskin Tak Dapat Bantuan Sembako di Jakarta
Namun, di hari biasa di luar Ramadan, kicak kurang begitu diminati dan tak menarik banyak konsumen. Para pedagang lantas menjajakan kicak hanya selama Ramadan. Karena itulah kicak hanya bisa ditemui selama bulan puasa.
Takjil khas Jogja ini terbuat dari beras ketan yang ditumbuk menjadi jadah dengan campuran gula. Penyajiannya pun tak lengkap tanpa taburan kelapa parut serta potongan nangka. Supaya aromanya makin sedap, biasanya ditambahkan juga vanili serta daun pandan di atasnya.
Per bungkusnya, kicak dijual pada kisaran harga Rp2.000 sampai Rp4.000. Dengan harga yang murah dan rasa yang nikmat, tak heran jika kicak ramai pembeli kala Ramadan di Jogja.
Penasaran seperti apa rasanya? Selagi Ramadan, sekaranglah saat yang tepat untuk membeli dan mencicipi kicak!
Baca Juga:Euis Apes, Barang-barang di Rumah Digondol Maling saat Ditinggal Tarawih