SuaraJogja.id - Bulan Ramadan 2020 hadir dengan suasana berbeda. Mewabahnya Covid-19, yang disebabkan virus corona, memaksa sejumlah takmir masjid meniadakan kegiatan di masjid yang berpotensi menciptakan kerumunan, baik tarawih hingga tadarus di masjid.
Hal itu membuat beberapa anggota jemaah merasa hampa saat mendatangi masjid-masjid, seperti yang dirasakan Purwadi, anggota jemaah masjid An Nurumi di Desa Candisari, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.
"Tidak ada lagi kegiatan tadarus, jadi dilakukan di rumah masing-masing, tapi tetap kami mengikuti aturan pemerintah untuk meniadakan kegiatan Ramadan selama wabah Covid-19 ini," jelas Purwadi, ditemui SuaraJogja.id di sela berbuka puasa, Kamis (14/5/2020).
Ketua Takmir Masjid An Nurumi tahun 2006 ini menuturkan, rasa rindu aktivitas saat berbuka puasa muncul setelah pertengahan puasa tahun ini. Padahal awalnya ia merasa biasa saja saat aturan itu diberlakukan.
Baca Juga:Dampak Corona: 36 Juta Pengangguran di AS Harapkan Bantuan Pemerintah
"[Kangen] iya itu pasti, biasanya jam 16.00 WIB, pengurus dan takmir masjid sudah menyiapkan menu berbuka untuk puluhan orang yang datang. Tidak hanya warga, selain mereka, musafir juga datang karena posisi masjid berada di pinggir Jalan Solo-Yogyakarta. Sekarang sepi sekali," tuturnya.
Pria yang sebelumya berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah swasta di Kalasan ini berharap pandemi corona segera berakhir.
"Sudah pertengahan puasa, rasa untuk meramaikan masjid ini muncul. Kami berharap wabah ini segera hilang untuk kembali memakmurkan masjid," ungkap dia.
![Anggota jemaah sekaligus mantan Ketua Takmir Masjid An Nurumi diwawancarai di Masjid An Nurusmi, Candisari, Kalasan, Sleman, Kamis (14/5/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/05/14/40409-mantan-ketua-takmir-masjid-an-nurumi-di-jalan-solo-yogyakarta-candisari-kalasan-sleman.jpg)
Salah seorang anggota jemaah yang juga warga Candisari, Rudi Aryani (35), merasa bahwa ibadah selama Ramadan 2020 ini kurang begitu afdal. Ibadah di rumah, kata dia, tidak terasa khusyuk seperti di masjid pada umumnya.
"Saat tarawih di rumah misalnya, ada anak yang ribut, sehingga harus ditenangkan. Jadi rasanya kurang afdal saja. Jika di masjid kan karena bersama-sama saya rasa doa dan ibadahnya lebih khusyuk," katanya.
Baca Juga:5.617 Orang Positif Corona di Jakarta, Bertambah 180 Pasien Hari Ini
Masjid An Nurumi, tempat ibadah seluas 700 meter ini, kata Rudi, menjadi tempat musafir untuk menepi. Lokasi yang dekat dengan perbatasan Klaten, Jawa Tengah dan Sleman, DIY sengaja dipilih pengendara untuk menunaikan salat lima waktu atau sekadar beristirahat dalam perjalanannya.
- 1
- 2