Diduga Tercemar Limbah Tempe, Ekosistem di Sungai Wonosari Rusak Parah

Pencemaran sudang berlangsung selama tiga tahun belakangan.

Galih Priatmojo
Senin, 15 Juni 2020 | 15:30 WIB
Diduga Tercemar Limbah Tempe, Ekosistem di Sungai Wonosari Rusak Parah
Ekosistem sungai di wilayah Wonosari rusak diduga akibat limbah pabrik tempe dan tahu yang beroperasi di sekitar lokasi, Senin (15/6/2020). [Kontributor / Julianto]

SuaraJogja.id - Ekosistem sungai di wilayah Padukuhan Besari, Kalurahan Siraman, Kapanewon Wonosari rusak. Sungai yang awalnya bisa untuk cuci baju dan juga memelihara ikan kini tak bisa dimanfaatkan karena airnya yang keruh dan berbau.

Warga menuding, air sungai yang menjadi keruh dan bau itu diakibatkan oleh limbah tahu. Pasalnya di desa tersebut kini beroperasi empat industri tahu dan tempe di mana mereka membuang limbah ke sungai yang mengalir melalui kawasan tersebut.

Ketua RW 05, Padukuhan Besari, Kalurahan Siraman, Suparman mengeluhkan adanya pencemaran sungai cukup parah yang terjadi di wilayahnya tersebut. Pencemaran sungai akibat industri olahan kedelai ini sudah terjadi sejak tiga tahun belakangan. Bahkan pada tahun 2019 lalu kondisinya lebih buruk lantaran ekosistem sungai mati.  

"Saat ini ada empat pabrik tahu dan tempe yang beroperasi di area dekat sungai," ujarnya, Senin (15/6/2020).

Baca Juga:Komunitas Garuk Sampah, Aksi Bersihkan Jogja dari Sampah Secara Sukarela

Industri inilah yang diduga kemudian membuang limbah ke sungai dan mengakibatkan pencemaran. Selain menimbulkan air keruh dan bau, pencemaran juga mengakibatkan hampir sebagian besar ikan mati. 

Menurutnya hanya ikan tertentu yang bertahan hidup karena memiliki daya tahan cukup bagus. Sebab itu, warga merasa sangat dirugikan dengan keberadaan perusahaan pengolah tahu dan tempe yang beroperasi di wilayah tersebut karena membuang limbah sembarangan.

"Sekarang yang hidup tinggal ikan sapu -sapu. Padahal dulu banyak," tuturnya.

Dulu, sebenarnya kondisi air cukup bagus dan sangat jernih bahkan sering digunakan warga untuk cuci baju. Ketika musim kemarau, sebagian warga juga memanfaatkannya untuk kebutuhan MCK mereka. Namun sekarang, tak ada warga yang memanfaatkannya karena cukup berbau, airnya keruh dan Iumutan.

la menambahkan, tak hanya Siraman saja, namun sedikitnya ada dua kalurahan lainnya di Kapanewon Wonosari yang terdampak dari pencemaran aliran sungai yang terjadi. Bahkan sempat muncul aksi dari warga untuk melakukan penolakan perihal keberadaan pabrik tahu dan tempe tersebut karena mencemari lingkungan.

Baca Juga:5 Hits Jogja: Lagu Balonku Ajarkan Benci Islam, Ini Bantahan Habib Husein

"Belum lama pemuda karangtaruna Kalurahan Karangrejek datang untuk berembuk dengan pemuda di sini, karena WiIayah Padukuhan Besari dan di RW 05 ya kami tanggapi baik baik dan sudah kami komunikasikan dengan pemilik pabrik, ternyata tidak ada respon," imbuhnya. 

Menurutnya, keempat pengusaha tersebut mengakui telah membuang limbah ke sungai.  Mereka beralasan bahwa saluran IPAL yang mereka miliki tersumbat limbah ternak. Dan setelah sudah ada diskusi dengan warga ada titik temu di mana mereka bersedia membersihkan sungai untuk menutup sumber Iimbah. 

Sementara itu, Lurah Siraman, Damiyo menambahkan, pihaknya sudah mendengar perihal keluhan warga. Ia iuga sudah memanggil para pengusaha tahu dan tempe. Sungai juga sudah dikeringkan untuk melakukan pengecekan di mana  akan tanggung jawab.

"Mereka akan memperbaiki pengelolaan IPAL sehingga harapannya Iimbah tidak dibuang ke sungai," ungkap Damiyo.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini