SuaraJogja.id - Tidak bisa dipungkiri bahwa dampak pandemi Covid-19 terhadap pekerja di sektor informal sangatlah besar. Para pekerja yang hidup dari menjual jasanya ini, termasuk tukang becak, harus bertahan sekuat mungkin dari kondisi yang ada.
Situasi ini harus dirasakan pula oleh Heru (45), seorang tukang becak yang setiap hari beroperasi di Jl Sutijab No 71, Dipan, Wates, Kabupaten Kulon Progo, atau tepatnya di pertigaan sebelum Terminal Bus Wates. Mengayuh becak adalah pekerjaan yang ia jalankan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya.
"Beda kalau sebelum dan sesudah ada corona ini, sekarang sepi banget," ujar Heru saat ditemui SuaraJogja.id, Selasa (30/6/2020).
Heru menuturkan bahwa penghasilannya menurun drastis semenjak ada pandemi Covid-19. Bekerja serabutan menjadi opsi lain yang bisa ia kerjakan demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Baca Juga:Hotman Paris Mau Bunuh Diri Ditolong Tukang Becak dan 4 Berita Heboh Lain
Jika sebelum ada pandemi penghasilan Heru rata-rata bisa mencapai Rp50.000-80.000 sehari, tetapi setelah pandemi menyerang, penghasilan yang didapat menjadi tak pasti.
"Bahkan saya hampir satu bulan ini narik becak cuma dua kali dan cuma dapat Rp15.000 sebulan itu," ungkapnya.
Lebih lagi, hingga saat ini belum ada lagi penumpang yang meminta diantarkan dengan becaknya itu. Dengan kondisi saat ini, bukan tidak mungkin dalam sehari ia harus pulang dengan tangan kosong.
Heru juga mengaku tidak mendapat bantuan seperti BLT atau yang lainnya. Pernah ia mendapat bantuan sembako saat sebelum Lebaran lalu, tapi hingga saat ini tidak ada lagi.
Kondisi serupa juga dirasakan oleh rekannya, Pardi (68), yang juga tidak mendapat pengunjung dalam beberapa hari terakhir. Ia mengaku tidak berpindah ke tempat yang lebih ramai karena memang sejak awal pihaknya sudah berada di situ.
Baca Juga:Dimarahi Ibu, Tukang Becak Tewas Minum Pestisida Sambil Main TikTok
"Memang hanya di sini saja, tidak enak dan canggung juga kalau mau pindah tempat," ujar Pardi.
- 1
- 2