SuaraJogja.id - Raka Ahmednusa Hunaifa Aziz (14) memang bisa jadi panutan. Pelajar kelas 8 SMP N 1 Wonosari ini sudah mahir dalam menyajikan kopi layaknya para peracik kopi modern yang belakangan beken dengan sebutan "barista". Di tengah sekolah daring, Raka, panggilan akrabnya, mencoba menjadi seorang barista.
Raka mengaku tertarik dengan dunia kopi sejak setahun terakhir. Awal ketertarikan Raka terhadap kopi dimulai sejak melihat ayahnya, yang juga hobi meracik minuman tersebut. Ia pun kemudian mulai belajar, didampingi oleh ayahnya. Raka sempat mendalami ilmunya di sekolah barista serta belajar lewat internet.
Sejak tertarik dengan ilmu meracik kopi, ia mencoba belajar bagaimana teknik meramu dan menyajikan kopi, dan sejak pandemi Covid-19, ia memilih untuk memanfaatkan waktu luang selama masa sekolah daring. Ia pun "beralih profesi" menjadi barista, meracik berbagai minuman kopi di rumahnya.
"Karena banyak waktu luang, jadi asah kemampuan untuk jadi barista," ujar Raka, Kamis (23/7/2020), ketika dijumpai SuaraJogja.id di kedainya di Gunungkidul.
Baca Juga:Semangat Barista Tunanetra Racik Kopi dengan Mata Hati
Menurutnya, belajar menjadi barista memang tidak mudah. Banyak kesalahan yang ia lakukan saat proses membuat kopi. Bahkan ia sempat merusakkan alat pembuatan kopi, dan ada beberapa yang pecah saat digunakan. Berbagai kesalahan dan kesulitan tersebut pun sempat membuatnya patah semangat.
Meski begitu, kini putra bungsu dari Aminudin Azis dan Hanifah Irmawati ini mengaku sudah menguasai lebih dari 20 jenis teknik pembuatan kopi. Ia pun berencana akan memperdalam dan makin serius menjalankan profesinya sebagai barista. Kedua orang tua Raka sangat mendukung bakat anak keduanya tersebut. Raka dibuatkan bangunan kafe sederhana di halaman rumahnya.
"Seluruh alat pun dibelikan Ayah untuk menunjang hobinya tersebut," ungkapnya.
Jiwa wirausahanya memang turun dari orang tuanya. Kedua orang tuanya adalah pemilik restoran Wulenpari yang berada di Kapanewon Patuk, Gunungkidul. Raka mengaku belajar manajemen bisnis dari kedua orang tuanya tersebut.
Remaja kelahiran 3 September 2006 ini mengatakan, aktivitas sekolahnya sama sekali tak terganggu. Justru ia bisa membunuh waktu untuk mengatasi kebosanan selama di rumah karena, kata dia, banyak waktu senggang ketika harus menjalani sekolah daring.
Baca Juga:Dalih Suka, Eks Barista Starbuck Pelototi Payudara Pelanggannya dari CCTV
"Biasanya jam 07.00 sampai 12.00 WIB BDR [belajar dari rumah]. Setelah itu, saya bikin kopi dan buka kafe," jelas Raka.
- 1
- 2