"Saya di sini sejak (SD Wonolagi) sejak November 2011,"ceritanya.
Dia menjadi guru sejak tahun 1998 yang lalu. Sebelum ditempatkan di SD Wonolagi, ia sudah bertugas di SD Tambakromo Kepanewonan Ponjong. Selama 12 tahun ia menempuh perjalanan ratusan kilometer untuk sampai ke SD Tambakromo. Ia juga sempat bertugas selama 1 tahun di SD N Gading Asri yang juga ada di Kepanewonan Playen.
23 tahun ia menikmati perjalanan puluhan hingga ratusan kilometer untuk tetap bisa mengajar. Berbagai pengalaman ia dapatkan mulai dari ban bocor sehingga harus menuntun sepeda motornya cukup jauh. Pengalaman paling membekas di hatinya adalah ketika pulang dalam keadaan larut dalam kondisi hujan lebat dan listrik mati.
"Terkadang saya harus nginep di sekolahan kalau situasi tidak memungkinkan untuk pulang. Karena semua sekolah tempat saya mengajar kecuali Gading Asri semuanya di pelosok. Jalannya sulit dan jauh,"tambahnya.
Baca Juga:Jadi Dokter Palsu, Pensiunan BUMN Ini Kelabui Ratusan Warga Gunungkidul
Meskipun jauh dan terkadang berat, ia mencoba menikmatinya. Ia mengaku sangat mencintai anak didiknya dan ingin melihat mereka berhasil suatu hari nanti. Ia bahkan rela menyisihkan gajinya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk membantu operasional sekolah karena termasuk sekolah yang kekurangan murid. Seperti di SD Wonolagi, sangat kekurangan murid sehingga semua Guru PNS di sekolah itu rela menyisihkan gajinya untuk operasional sekolah.
"Sampai di sekolah sebenarnya lelah. Kalau sudah lihat anak-anak lelah saya hilang. Sampai rumah jam 17.00 WIB. Dinikmati saja,"katanya sembari tersenyum.
Kontributor : Julianto