Kakak sang istri mengirimkan pesan dengan bahasa yang arogan ke ibu pria itu. Inti pembicaraan membahas agar pria itu bertanggungjawab dengan apa yang terjadi pada adik perempuannya. Si kakak juga sempat menelepon ayah si pria dengan kata-kata yang tidak pantas.
Membaca pesan tersebut, mata pria ini berkaca-kaca. Ia merasa tidak habis pikir, kenapa keluarga istrinya harus membahas persoalan itu di saat istrinya tengah berjuang untuk melahirkan. Menurutnya, istrinya sedang butuh dukungan untuk melahirkan anak pertama.
"Saat itu saya kecewa kepada keluarganya. Sangat kecewa," tulisnya.
Pukul 12 siang, putranya lahir dengan normal. Rambutnya tebal seperti sang ayah dan hidungnya mungil mirip seperti ibunya. Pola kukunya mirip si suami, namun kulit putihnya meniru si istri. Ia lantas mengumandangkan azan di telinga putranya, dengan berlinang air mata.
Baca Juga:Ada 1.032 Janda Baru di Gunungkidul Selama Pandemi Covid19
Setelah putranya lahir, ia menerima pesan singkat dari yahnya yang mengirimkan uang untuk membayar biaya persalinan. Jujur, ia merasa malu meminta uang dari orangtua di saat dirinya sendiri sudah menikah. Sempat berbalas pesan, ia menerima kabar orangtuanya tidak bisa datang dan akan berkunjung minggu depan.
Istrinya sudah diperbolehkan pulang jam 6 sore. Mereka akhirnya pulang ke kontrakan, mulanya si suami merasa tidak nyaman dengan budaya-budaya dari mertuanya yang harus dilakukan. Ia diminta melakukan beberapa hal yang selama ini tidak pernah dilakukan di keluarganya.
Selama satu minggu ia merasa kelelahan karena harus pergi bekerja, mencuci baju anaknya, dia dan istrinya, mencuci piring, memandikan istrinya mengobati luka jahit istrinya. Namun ia merasa senang, karena saat di Jepang ia terbiasa hidup seorang diri.
Dalam kurun waktu satu minggu itu, ia merasa kurang tidur, namun tetap menikmati pekerjaan barunya. Dia merasa baik-baik saja, hanya sering tertidur di tempat kerja. Ketika orangtuanya datang, mereka membawakan kereta bayi, rujak malasya, dispenser, kado perlengkapan bayi dan beberapa set baju bayi.
"Kemi (ayah saya) sepertinya senang sekali. pertama kalinya. Dan posisi anak saya itu sama seperti saya. Anak pertama dan cucu pertama di keluarga," imbuhnya.
Baca Juga:Gunungkidul Bakal Tolak Rombongan Besar Wisatawan Asal Zona Merah
Kedatangan orangtuanya sekaligus melakukan ritual pemotongan rambut. Sayangnya keluarga sang istri justru tidak datang. Baru keesokannya, ayah mertuanya datang saat ia tengah menjemur baju. Mereka kemudian berbicara bertiga dengan istrinya juga.