Peter menyarankan kepada Keraton untuk memiliki daftar dari benda budaya dengan riset yang ulung sehingga bisa dibuktikan benda a, b, dan c yang dirampas dari Keraton Yogyakarta. Kemudian juga penilaian keungan, seberapa besar nilai dari barang-barang yang dirampas. Dukungan dari hakim, pengacara, sejarawan serta leluhur untuk membantu proses ini.
Sejauh ini, manuskrip yang diambil dari Yogyakarta kebanyakan berada di London, yang terpisah di dua tempat. Sementara benda-benda lainnya tersimpan di British Library, seperti wayang. Namun, ia tidak yakin jika seluruh benda di sana berasal dari Yogyakarta.
"Jangan lupa ketika Raffles kembali ke Inggris dia membawa 16 ton benda budaya yang dia bawa. Bukan dari benda rampasan tapi dia beli," tukasnya.
Diantara benda yang dibawa adalah uang Majapahit dan uang dirham lama. Dimana uang tersebut sampai sekarang belum dibuka oleh kurator. Sehingga ia menyarankan Kemendikbud untuk mengirimkan sekitar 4 calon kurator untuk mendata benda-benda budaya di British Library.
Baca Juga:Saat LeBron James Kenakan Jersey Baru Liverpool, Keren Banget Ya!
Selain Yogyakarta, Inggrish juga menjrah benda-benda dari Keraton Bone dan Buleleng. Menurut Peter, tiga kerajaan tersebut dapat bersatu untuk menuntut pengembalian harta-harta rampasan. Termasuk dalam melakukan pendataan dan tempat untuk erawat benda-benda yang akan dikembalikan.
Ia juga menyampaikan, bahwa isu mengenai dekolonialisasi ini berkesinambungan dengan mental seorang Jawa. Bagaimana ia bangga menjadi orang Jawa dan itu bersangkutan dengan pengetahuan budaya beserta keingintahuan mengenai asal-usul budaya dan sejarahnya.
Sejauh ini, Peter melihat adanya usaha menarik yang dilakukan oleh British Library untuk melakukan digitalisasi ada benda-benda budaya yang ada agar dapat lebih mudah diakses dan dimanfaatkan. Pendanaan kegiatan itu sendiri dilakukan oleh seorang pengusaha asal India.
Namun, Peter menilai perlu adanya kerjasama antara pemerintah negara untuk melanjutkan proses perawatan benda-benda budaya tersebut. Ia melihat ada kesadaran dan komitmen dari pemerintah Inggris dalam merawat benda-benda budaya asal Indonesia.
"Ini sebenarnya goverment to goverment," tuturnya.
Baca Juga:Mengenal Sejarah, Budaya, dan Wisata Pedukuhan Sendang Kulon Progo
Terkait pengembalian benda-benda bersejarah bagi Peter merupakan urusan antar pemerintah. Pengembalian barang rampasan bukanlah urusan personal. Pengembalian barang bisa diberikan kepada Presiden Joko Widodo untuk disimpan dan mendapatkan perawatan yang lebih baik.
Menilai kesiapan Indonesia dalam menerima barang-barang budaya, seperti naskah asli yang dirampas. Bahwa Jakarta sendiri memiliki kondisi yang tidak teratur. Sehingga ia kembali menegaskan pentingnya pembuatan sebuah tempat yang bisa merawat dengan baik, agar benda sejarah itu bisa dimanfaatkan dan dipelajari.
Pengembalian barang-barang rampasan perlu dibarengi kesiapan untuk merawat serta keinginan untuk mempelajari benda-benda sejarah. Peter menyebutkan bahwa Indonesia memiliki tugas untuk masyarakat tapi juga memiliki tugas untuk dunia untuk mengekspolor budayanya.
Indonesia perlu ada sesuatu benda budaya yang bisa diakses oleh seluruh dunia, sehingga dapat diketahui oleh masyarakat luas. Benda-benda sejarah ini setidaknya memiliki dampak untuk dipelajari lebih jauh, bukan hanya sebagai benda mati yang disimpan dalam museum.