Merasa Terganggu, Warga Blimbingsari Segel Proyek Pembangunan Gedung UGM

Warga merasa terganggu dengan aktivitas yang ada di proyek pembangunan gedung UGM tersebut

Galih Priatmojo
Senin, 10 Agustus 2020 | 17:17 WIB
Merasa Terganggu, Warga Blimbingsari Segel Proyek Pembangunan Gedung UGM
Sebuah spanduk segel dari warga Blimbingsari terlihat menutup pagar lokasi pembangunan gedung UGM. [@CyberAliansiUGM / Twitter]

SuaraJogja.id - Lokasi proyek pembangunan gedung yang sedianya dibangun menjadi TILC  Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM), ditutup warga.

Di pagar proyek yang berada di kawasan Dusun Blimbingsari, Desa Caturtunggal itu, terpasang spanduk bertuliskan "Proyek Ini Ditutup! Sebelum Ada Kesepakatan Dengan Warga". Tertanda Warga Masyarakat Blimbingsari.

Ketua RT I, Dusun Blimbingsari, Wartono menjelaskan, spanduk itu dipasang karena warga terganggu oleh proyek yang dijalankan sampai lembur itu.

"Lembur kerja enggak bilang. Lembur sampai pagi, enggak ada komunikasi dengan warga," kata dia, kala dihubungi SuaraJogja.id, Senin (10/8/2020).

Baca Juga:Salah Satu Pasien Positif COVID-19 Desa Pakembinangun Sleman Adalah Pemudik

Padahal, sebelumnya pihak proyek menyebut akan beraktivitas hingga pukul 22.00 WIB saja.

"Kok ternyata tuh sampai pagi. Jadi warga kok ngerasa terganggu sekali," ungkapnya.

Wartono menambahkan awal mula proyek akan dijalankan, perwakilan perusahaan pelaksana proyek sempat sosialisasi ke warga. Tapi dari warga Blimbingsari, hanya ada sembilan orang yang menjadi perwakilan.

Setelah pertemuan itu, tidak ada lagi pertemuan tetapi proyek sudah mulai berjalan.

Sejauh yang diketahui warga, sebelumnya kawasan itu diperuntukkan sebagai perumahan dosen UGM. Namun kemudian, dosen-dosen yang tinggal di sana dipindahkan ke lokasi lain.

Baca Juga:Pilkada 2020, PAN Sleman Pecah Suara?

"Tapi yang diundang dan terdampak, itu sepertinya saya sendiri. Sedangkan warga terdampak langsung enggak [tidak diundang]," ucapnya.

Kala disinggung soal cuitan di media sosial yang memojokkan warga karena dinilai terlambat merespon saat menolak pembangunan, Wartono angkat bicara.

"Kami awal itu, digiring kalau itu dibangun untuk sarana pendidikan. Tapi sarana pendidikan itu kan setelah bangunan jadi. Tapi kenyataannya saat proses pembangunan tuh gangguannya luar biasa," tutur dia.

Selain suara bising, debu yang begitu mengganggu juga menjadi persoalan terlebih kala proyek memasuki tahapan bongkar bangunan rumah lama.

"Debunya parah itu," ucapnya.

Kelanjutan pembahasan perihal akar masalah dan keinginan warga setempat akan digelar dalam waktu dekat ini.

"Kalau warga paling terdampak itu RT I, RT 2 ada juga, tapi beberapa," ungkap Wartono.

Sementara itu, kala ditanyai soal proyek yang disegel warga, Kabag Humas Dan Protokol UGM, Iva Ariani belum dapat berkomentar lebih jauh.

"Sebentar, masih kami cari infonya," ujar Iva. 

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak