"Selesai lantas saya kirim ke email yang ditentukan," ujarnya.
Kaget bukan main, saat pengumuman 26 Juni lalu, karyanya terpilih di antara 75 karya terbaik se-Indonesia dari total 817 karya yang dikirimkan. Ia mengaku cukup bangga lantaran kompetisi untuk mengikuti pameran daring perdana kemendikbud ini cukup ketat.
Bercerita soal bakat seninya, Nita mengungkapkan kepiawaiannya itu merupakan turunan dari sang kakek yang merupakan seniman gamelan. Apalagi, sejak TK ia memang gemar menggambar dan melukis, bahkan sering memenangkan lomba.
Ia mengaku selain memenangi banyak lomba, sejak kuliah ia juga kerap mengikuti sejumlah pameran.
Baca Juga:46 Kasus Baru di DIY, 19 Karyawan Kesehatan Gunungkidul Positif COVID-19
"Ketika kuliah sangat sering ikut pameran. Karya-karya yang saya buat lebih banyak merupakan manivestasi dari suasana hati," ujar lulusan Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tersebut.
Sejak menikah dan memiliki anak, Nita mengaku fase berkeseniannya mengalami perubahan. Untuk menuangkan ide dan perasaannya, Nita memilih membuat karya dengan pensil dan ballpoint.
Warga Padukuhan Kepek I, Kalurahan Kepek Kapanewon Wonosari ini kedepannya berharap tetap eksis dan hidup dengan seni. Menurutnya seni merupakan salah satu media refleksi diri. Menjaga kesehatan mental dan kewarasan diri lewat berkarya seni.
"Karena pandemi sangat 'mengganggu' psikis bagi orang-orang yang tidak kuat terhadap rumor yang tidak bertanggung jawab," tutup Ibu satu putri ini.
Kontributor : Julianto
Baca Juga:Tangani Pandemi Bersama, Seluruh Elemen Gotong Royong Pulihkan Bangsa