Peringati Malam 1 Suro, Warga Gunungkidul Kirab 4 Pusaka Sri Sultan HB VIII

Usai dijamas, keempat pusaka tersebut dibawa kembali ke Rumah Budaya tempat bersemayam selama ini.

Galih Priatmojo
Kamis, 20 Agustus 2020 | 10:06 WIB
Peringati Malam 1 Suro, Warga Gunungkidul Kirab 4 Pusaka Sri Sultan HB VIII
Warga Gunungkidul bersiap melakukan kirab 4 pusaka peninggalan Sri Sultan HB VIII, Rabu (20/8/2020) malam. [Kontributor / Julianto]

Usai disemayamkan, rangkaian prosesi dilanjutkan dengan menguras gentong Kyai Sobo yang berada di halaman Rumah Budaya Pengkol.

Para abdi dalem dari Kasultanan Keraton Ngayogyakarta mendekati Gentong Kyai Sobo. Perwakilan Keraton Ngayogyakarta, RM Kukuh Hertriasnih memulai prosesi nguras Gentong Kyai Sobo.

Usai memanjatkan doa, air dari gayung pertama digunakan untuk membasuh tangan dan muka RM Kukuh Hetriasnih. Kemudian air dari gayung kedua dipakai membasuh tangan Ki Joko Narendro.

Diikuti masyarakat sekitar yang bermaksud ingin mengalap berkah dari air yang berada di dalam gentong. Setelah semua masyarakat kebagian air dari gentong tersebut, sedikit demi sedikit gentong kembali diisi air dari tujuh curug, dan tujuh tempur sungai yang ada di Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. 

Baca Juga:Goa Pindul Dibuka, PHRI Gunungkidul Buat Kartu Diskon

Menurut salah satu panitia, Ngadiman, air tersebut sebenarnya tidak ada kesaktian apapun. Hanya saja, sebagian masyarakat masih menganggapnya sebagai sesuatu yang sakral dan suci sehingga memiliki khasiat menyembuhkan penyakit atau khasiat lainnya juga sebagai sarana bagi yang percaya dapat dikabulkan cita-citanya. 

" sejatinya yang mengabulkan harapan seseorang adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi masih ada masyarakat yang masih percaya dengan hal ini. Air dalam gentong tersebut berisi air dari lokasi yang memiliki keistimewaan," terangnya.

Air tersebut diambil dari 7 sumber dari petilasan walisongo. Air-air tersebut diambil dalam satu waktu yang kemudian diawetkan.

Ditambah dengan berbagai air suci dari berbagai sumber mata air di Gunungkidul yang tak pernah kering meskipun musim kemarau.

Menurutnya selain makna religius, kirab pusaka dan kuras gentong juga terselip tujuan luhur. Adapun tujuannya salah satunya untuk menjalin hubungan yang baik antara sesama manusia melalui sikap kekeluargaan dan kegotong royongan dalam karya bersama.

Baca Juga:Sebanyak 30 Wisatawan di Gunungkidul Terjaring Razia Masker

Karena di masa pandemi Covid19, maka gelaran kali ini hanya diselenggarakan lebih sederhana. Jika setiap tahun diselenggarakan selama sehari semalam karena juga diisi dengan berbagai pertunjukkan seni.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak