SuaraJogja.id - Om Wawes sebagai grup band dengan aliran musik dangdut memberanikan diri membuat sebuah buku yang berisi perjalanan karier dan perkembangan musik dangdut di Yoyakarta.
"Awalnya saya cerita ke salah satu rekan ingin membuat sebuah buku, tidak hanya sebuah buku biografi tentang kami, namun juga perkembangan musik dangdut di Yogyakarta yang saya alami," ujar Dhyen Gaseng sebagai vokalis saat peluncuran buku pada Rabu (19/8/2020) di salah satu cafe di Yogyakarta.
"Saya ingin menulis perkembangan musik dangdut yang saya alami mulai dari awal membentuk Om Wawes dan perkembangan dangdut di Yogyakarta khususnya," ujar Gaseng.
Buku "Babat Alas Dangdut Anyar" ini merupakan salah satu bagian dari item yang diberikan selain sebuah kaset berisi album perdana Om Wawes.
Baca Juga:Dengan Korean Style, De'Queen Siap Ramaikan Belantika Musik Dangdut
Di bagian awal buku ini juga menjelaskan perkembangan musik dangdut di tahun 1970 hingga 2000an. Baru setelah itu dijabarkan perkembangan Om Wawes dari mulai berkarir solo, electone, hingga menjadi band.
Lebih lanjut buku tersebut mencerikatan perjalanan Om Wawes dengan berbagai lika-liku yang dihadapi. Mulai dari mengawali karier di tahun 2012 dari solo, elekton, hingga sekarang menjadi sebuah grup band beraliran dangdut.
"Pada dasarnya musik dangdut akan menjadi sejarah Indonesia dan yang menuliskannya masih jarang, dan menurut saya ini harta karun," ujar Michael HB Raditya selaku penulis buku.
Pembuka Keran
Michael HB Raditya selaku penulis buku, sekaligus alumni Universitas Gajah Mada, mengaku sangat tertarik ketika mendapat tawaran untuk mengerjakan proyek ini.
Baca Juga:Staycation Saat New Normal? Liburan Saja ke Yogyakarta!
"Saya menulis dangdut dari tahun 2011, mulai Rhoma Irama hingga sekarang, namun saya belum membuat buka dan Om Wawes datang dengan inisiatif mereka," buka lulusan UGM tersebut.
"Idenya juga tidak melulu tentang biografi Om Wawes namun tentang percaturan dangdut di Yogyakarta, dan itulah saya ibaratkan seperti botol ketemu tutup, yang saya inginkan dan Om Wawes satu tujuan." sambungnya.
Menurut Michael evolusi musik dangdut berakhir di dangdut koplo yang sempat tenar, namun ternyata ia menemukan perubahan lain.
"Om Wawes bisa membuat evolusi musik dangdut dengan rasa mereka, bisa dibilang mereka berperan sebagai pembuka keran. Mereka membuka jalan untuk grup band dangdut bermunculan hingga saat ini," jelas Michael.
Michael berharap dengan adanya buku ini, penggemar musik dangdut di Yogyakarta khususnya menjadi bisa tahu sejarah dangdut mulai dari mana asalnya dan tujuannya.
"Sehingga teman-teman pencinta dangdut bisa lebih menghargai musik dangdut dan tidak menghakimi musik dangdut yang ada saat ini," ujar dosen ISI Yogyakarta.
Babat Alas
Selain menceritakan perjalanan panjang Om Wawes dan fenomena dangdut, ada juga tujuan lain dari pembuatan buku "Babat Alas Dangdut Anyar" ini.
"Om Wawes punya penggemar dan usianya sekitar milenal yang seharusnya gemar membaca, melalui buku ini saya berharap bisa menumbuhkan minat baca sekaligus memancing masyarakat untuk membaca buku musik lainnya," ujar Kiki Pea selaku editor buku.
Mengenai pemilihan judul buku, ia mengungkapkan bahwa Om Wawes sebagai yang melakukan 'babat alas' atau membuka jalan untuk pendangdut lainnya.
"Om Wawes menurut saya sebagai 'pembabat alas' atau yang membukakan kran untuk musisi dangdut lainnya naik daun dan didengarkan oleh masyarakat," ujar Kiki Pea.
Menurut Kiki Pea, grup band seperti Om Wawes menjadi salah satu pembeda dan bagian dari sejarah fenomena perubahan musik dangdut.
"Jalur yang diambil oleh Om Wawes juga unik karena menggunakan bahasa daerah, tidak seperti Rhoma Irama dan lainnya yang menggunakan bahasa Indonesia, itulah mengapa perlu dibuatkan buku mengenai evolusi dangdut di Yogyakarta khususnya," tukas Kiki.