"Air yang ada juga tidak akan tahan lama setelah disedot warga. Paling lama 30 menit bisa bertahan lalu habis," ucapnya.
Siti menuturkan, setiap hari ia dapat mengambil air sebanyak dua kali. Dari situ saja, ia hanya bisa mendapat empat sampai lima ember cat ukuran 25 kilogram yang terisi air penuh. Itu pun jika kondisi sumber mata air sedang baik. Jika tidak, ia hanya bisa mendapat dua ember saja.
Siti mengakui, sebenarnya di daerahnya terdapat penjualan air bersih yang dibanderol Rp35.000 per jeriken. Namun sampai saat ini, Siti belum pernah membeli air tersebut. Ia merasa, air di rumahnya masih bisa tercukupi oleh mata air yang keluar dari selang yang disedotnya.
"Air ini buat lima orang di rumah, mulai dari masak, mandi, nyuci, dan lain-lain. Harus irit semaksimal mungkin pokoknya, tapi masih cukup, jadi tidak perlu beli," tuturnya.
Baca Juga:1.000 Hektare Sawah di Karawang Terancam Kekeringan Musim Kemarau Ini
Ia menambahkan, bantuan dari pemerintah sebenarnya setiap tahun pasti ada. Namun untuk tahun ini, pihaknya belum menerima bantuan terkait dengan dropping air tersebut.
"Ya kalau bisa memang setiap kekeringan seperti ini ada bantuan dari pemerintah, itu bisa sedikit meringankan warga," tandasnya.