Terpapar Klaster Arisan, 6 Pedagang Pasar Pripih Positif Covid-19

Pasar Pripih, Kulon Progo ditutup selama sepekan.

Galih Priatmojo
Rabu, 23 September 2020 | 17:15 WIB
Terpapar Klaster Arisan, 6 Pedagang Pasar Pripih Positif Covid-19
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Sebanyak enam pedagang di pasar Pripih, Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap, Kulon Progo terkonfirmasi positif Covid-19.

Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulon Progo, Baning Rahayujati menyebut bahwa pasar tersebut sementara akan ditutup.

Ia mengungkapkan bahwa terindetifikasinya enam pedagang yang positif Covid-19 itu merupakan pengembangan dari klaster arisan di Dusun Tlogolelo, Hargomulyo, Kokap.

"Ini [penutupan] merupakan upaya memutus rantai penularan Covid-19, yang mana sebelumnya terdapat enam pedagang di pasar ini terjangkit virus Covid-19. Mereka merupakan pengembangan kasus dari klaster arisan," katanya seperti dikutip dari Harianjogja.com, Rabu (23/9/2020) pagi.

Baca Juga:Muncul Klaster Arisan di Kulon Progo dan 4 Berita Terpopuler SuaraJogja

Baning menjelaskan Pasar Pripih ditutup selama satu minggu terhitung sejak hari ini sampai dengan Selasa (29/9/2020). Pada Rabu (30/9/2020) jika situasi sudah kondusif, maka pedagang boleh beraktivitas kembali.

Penutupan ini kata Baning berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara paguyuban pedagang, pengelola pasar, gugus tugas tingkat kalurahan, kapanewon dan kabupaten.

Selama penutupan, gugus tugas dalam hal ini tim dekontaminasi Covid-19 melakukan penyemprotan disinfektan ke seluruh lapak dan kios pedagang baik yang berada di dalam maupun luar komplek pasar tradisional tersebut.

"Kami juga masih melakukan tracing lanjutan terhadap kasus terkonfirmasi positif dari klaster arisan yang menyebar di pasar ini. Warga yang merasa pernah kontak erat dengan kasus positif bisa datang ke Puskesmas Pembantu Pripih untuk rapid test," ujarnya.

Salah satu warga setempat yang juga pedagang Pasar Pripih, Sri Yudaningsih mengaku tak mempersoalkan penutupan ini. Menurutnya seluruh pedagang dengan kesadaran masing-masing telah setuju untuk libur sejenak dari rutinitas demi terputusnya rantai penyebaran Covid-19 di lingkungan pasar. Di samping itu baik warga Pripih maupun pedagang merasa takut penyebaran virus kian masif jika pasar tetap buka.

Baca Juga:Identitasnya Dicatut Penipu Ponpes, Bupati Kulon Progo Buka Suara

"Sebetulnya agak berat ya, karena berdampak pada penjualan, tapi demi keselamatan bersama kami tidak mempermasalahkan hal itu," ucap pedagang pakan dan pupuk tersebut.

Kepala Dusun Pripih, Wagimun mengatakan penutupan Pasar Pripih merupakan langkah antisipatif yang tepat karena pasar ini selalu ramai dikunjungi masyarakat. Berlokasi di perbatasan antara Kapanewon Temon dan Kokap, pasar ini menjadi jujugan bagi pedagang dari berbagai kapanewon di Kulonprogo. Jumlahnya kata Wagimun mencapai lebih dari 100 pedagang.

"Semoga dengan penutupan ini penyebaran Covid-19 di lingkungan pasar bisa teratasi, agar kegiatan perekonomian warga dapat berjalan kembali," kata Wagimun.

Akses Tlogolelo Ditutup

Jumlah penderita Covid-19 dari klaster arisan RT di Tlogolelo, Hargomulyo, Kokap kemungkinan akan terus bertambah mengingat proses tracing terhadap kontak erat penderita belum selesai. Gugus tugas kabupaten mencatat, sampai Selasa (24/9), jumlah penderita klaster arisan ini mencapai 21 orang, terdiri dari 19 warga Tlogolelo dan dua warga Pripih. Enam di antara 21 penderita itu berprofesi sebagai pedagang di Pasar Pripih.

Pada hari ini, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulonprogo, Baning Rahayujati menyebut ada empat kasus baru terkait klaster arisan. Namun ia belum menjelaskan lebih lanjut latar belakang empat kasus baru tersebut. "Ya hari ini ada laporan tambahan empat kasus lagi terkait klaster arisan, untuk lebih jelasnya nanti akan saya kabari lagi," kata Baning.

Sementara itu Kepala Dusun Tlogolelo, Wisnu Broto mengatakan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19, warga sepakat menutup akses bagi siapapun yang hendak masuk ke Tlogolelo, khususnya ke wilayah RT 11 yang menjadi lokasi awal penularan. Di RT itu didiami 33 kepala keluarga (KK) atau 99 jiwa, termasuk KP-93 dan KP-101. Dua penderita yang masih satu keluarga itu merupakan kasus pertama Covid-19 di Tlogolelo, yang kemudian menyebar hingga menjadi klaster.

Warga di RT 11 itu juga tidak diperkenankan keluar dusun dan wajib menjalani isolasi mandiri. Kebutuhan logistik kepada seluruh warga di RT 11 itu dicukupi oleh warga Tlogolelo dan sebagian bantuan donatur. Teknis pengambilan logistik, warga RT 11 mengambil ke posko dusun dan tidak ada kontak fisik. "Ini untuk menghindari potensi penularan," ucap Wisnu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak