Makin Sulit Napas Saat Hujan, Cerita Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19

Akhirnya, ia bersama teman-teman melebarkannya dengan cangkul. Padahal saat itu, pemakaman dilakukan pada malam hari.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 08 Oktober 2020 | 10:02 WIB
Makin Sulit Napas Saat Hujan, Cerita Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19
[Ilustrasi] Petugas memakamkan jenazah Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Selasa (8/9/2020). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

"Saat bertugas, masker yang digunakan rangkap beberapa lapis. Untuk napas bisa membuat ngos-ngosan. Namun kami tidak berani melepas. Saat itu Subuh baru sampai markas BPBD lagi," ungkap dia.

Selain itu menurut dia, hal paling berat menjadi petugas pemakaman jenazah pasien Covid-19 adalah bernapas saat proses memakamkan. Sebab, masker yang dipakai harus melekat ketat. Ia pernah memakamkan saat kondisi hujan. Jika masker terkena air hujan, napas jadi lebih sulit.

Satu tim pun sudah berkoordinasi -- jika ada yang sudah merasa lelah, tidak diperkenankan memaksakan diri karena dikhawatirkan bakal pingsan, sehingga harus diganti anggota lain.

"Tim pemakaman ada delapan orang. Enam orang menggotong peti hinga menguburkan. Satu orang menyemprotkan disinfektan. Satu orang lainnya mendokumentasikan pemakaman. Jadi saling berbagi tugas," kata dia.

Baca Juga:Pesan Penggali Kubur Pekanbaru untuk Warga yang Tak Percaya Covid-19

Wiyanto mengatakan, saat memakamkan, terpasangnya APD secara lengkap merupakan hal terpenting. APD yang digunakan yakni hazmat, kacamata goggle, sarung tangan, sepatu boots, dan masker N95 yang dilapisi dengan masker medis.

Begitu selesai memakamkan, ia dan teman-temannya harus segera mensterilkan diri dengan menyemprot disinfektan.

Setelah itu APD baru dilepas dan dibakar di sekitar pemakaman, sementara kacamata goggle dan sepatu boots masih bisa digunakan kembali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak