Naik Kapal di Cilacap, Butet Kartaradjasa Sebut Laut Pekarangan Masyarakat

Orang juga bisa mengeruk rejeki dari lautan yang memiliki luas tak terkira. Bahkan jauh lebih luas dari daratannya.

Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 08 Oktober 2020 | 21:05 WIB
Naik Kapal di Cilacap, Butet Kartaradjasa Sebut Laut Pekarangan Masyarakat
Perjalanan Butet menaiki kapal yang baru jadi di Cilacap. - (YouTube/Butet Kartaredjasa)

Guna mengakali usia kayu yang belum tua, Agwan akhirnya mengadopsi pembungkus kayu menggunakan fiber. Ditangan Agwan sendiri, untuk ukuran kapal 150 JT keatas sudah ada 150 kapal lebih yang dibuatnya. Sementara kapal-kapal kecil sudah puluhan yang dibuatnya.

"Semuanya di Sabang sampai Merauke sekarang," ujar Agwan.

Seluruh kapal-kapal buatannya tersebar dari Sabang sampai dengan Merauke. Tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Ia sendiri tidak menjual kapal untuk umum. Melainkan hanya melayani rekan, teman ataupun sahabat yang ingin memiliki kapal.

Kapal dengan ukuran panjang 33 meter, tinggi sekitar 3 meter dan lebar hampir 9 meter biasanya menghabiskan biaya hingga Rp 9 Milyar sudah lengkap semuanya. Jika kapal saja belum dibungkus fiber, hanya kayu dan paku tanpa mesin untuk ukuran 150 JT bisa menghabiskan biaya berkisar Rp 3,5 Milyar.

Baca Juga:Suasana Jelang Petang di Kawasan Malioboro Usai Demo Ricuh

Agwan juga memastikan bahwa semua kapal yang ia buat layak jalan. Sebab, keluarganya sendiri belajar membuat kapal dari ukuran kecil hingga akhirnya menemukan ukuran kapal yang sangat sesuai untuk operasional. Bentuk itu yang terus ia adopsi hingga menghasilkan seratus lebih kapal.

Perjalanan Butet menaiki kapal yang baru jadi di Cilacap. - (YouTube/Butet Kartaredjasa)
Perjalanan Butet menaiki kapal yang baru jadi di Cilacap. - (YouTube/Butet Kartaredjasa)

Lihat video lengkapnya DISINI

Dalam setahun, Agwan bisa membuat dua buah kapal ukuran besar. Satu hari setelah lulus sekolah tahun 1996, ia langsung terjun membuat kapal. Pembuatan kapal sendiri biasanya berlangsung di beberapa daerah, seperti Cilacap, Bagan Siapi-api, dan Pekalongan.

"Bukan hanya untuk ekonomi keluarga, tapi juga menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat," ujar Agwan.

Agwan menjelaskan, untuk satu kapal biasanya membutuhkan antara 30 hingga 40 Awak Kapal. Tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan untuk yang bekerja di kapal namun juga menghidupkan warung-warung yang memenuhi kebutuhan hidup penghuni kapal.

Baca Juga:Dua Unit Damkar Dikerahkan untuk Padamkan Bangunan Terbakar di Malioboro

Di Cilacap ada dua tempat pembuatan kapal di darat dan lautan. Agwan menyebutkan jika tempat itu tidak boleh kosong, karena nanti pekerjanya tidak mendapatkan penghasilan. Dimana, para pembuat kapal itu sudah ikut dengannya sejak puluhan tahun lamanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak