Tak Ada Pemasukan, Pemilik Motel di Kaki Gunung Merapi Ini Pilih Berladang

Hampir lima bulan penginapannya tak pernah didatangi pelanggan, sehingga dirinya bertahan dari bertani dan menjual sayur yang dia tanam.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Sabtu, 17 Oktober 2020 | 12:15 WIB
Tak Ada Pemasukan, Pemilik Motel di Kaki Gunung Merapi Ini Pilih Berladang
Suasana penginapan milik warga di Jalan Kaliurang, Pedukuhan Ngipiksari, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Jumat (16/10/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Dampak Covid-19 bagi masyarakat kecil masih dirasakan hingga saat ini. Tak ada penghasilan yang menentu bahkan harus mengerjakan hal lain untuk bisa memutar roda perekonomian.

Meski objek wisata telah dibuka di beberapa tempat dengan pengetatan protokol pencegahan Covid-19, tak semua orang merasakan dampak yang baik. Hal itu dirasakan oleh pemilik motel dan homestay di wilayah Pedukuhan Ngipiksari, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman.

Supargito, pria 70 tahun ini, belum sepenuhnya merasakan dampak positif setelah kelonggaran pemerintah membuka kembali objek wisata di tengah pandemi. Memiliki penginapan di kaki Gunung Merapi menjadi salah satu penghasilannya selama ini.

"Sudah hampir 30 tahun lebih kami mengelola pondok wisata Bayu Putro ini. Selama ini penghasilan selalu baik. Namun karena corona itu, penghasilan turun drastis," ujar Supargito, ditemui SuaraJogja.id, Jumat (16/10/2020).

Baca Juga:Penjaga Homestay Tertidur di Sofa, Dua Pria Terekam CCTV Curi Ponsel

Homestay bernuansa warna cokelat ini tepat berada di pinggir Jalan Kaliurang KM 23. Penginapannya hanya berjarak 200 meter ke utara dari gapura pintu masuk objek wisata Kaliurang.

Dalam sehari, pihaknya bisa melayani 10 pelanggan yang menginap. Harga sewa pun cukup terjangkau, per 12 jam dihargai Rp80 ribu.

"Dulu itu banyak yang menyewa karena belum ada wabah ini. Artinya kebutuhan kami tercukupi dengan membuka usaha ini," ungkap dia.

Pemilik homestay di Jalan Kaliurang, Supargito, ditemui di penginapannya, Pakem, Sleman, Jumat (16/10/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Pemilik homestay di Jalan Kaliurang, Supargito, ditemui di penginapannya, Pakem, Sleman, Jumat (16/10/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Sayang, wabah Covid-19 yang masuk ke Indonesia pada awal Februari-Maret 2020 membuat ekonomi Supargito tertekan. Pemerintah membatasi masyarakat luar kota datang ke daerah asal untuk memutus tali penyebaran virus.

Awal pandemi, perangkat desa setempat menekankan kepada warga untuk tak terlebih dahulu menerima tamu. Hal itu pun disusul dengan penutupan objek wisata di wilayah Kaliurang.

Baca Juga:Knalpot Blombongan Bikin Resah, Warga Jalan Kaliurang: Kasihan yang Sepuh

"Ekonomi masyarakat disini langsung anjlok. Baik pemilik penginapan, wisata Jeep sampai warga yang bekerja di destinasi yang ada di Kaliurang. Saat itu memang membuat kami pusing," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak