Terdampak Pandemi, Produk Ekspor Supandi Merosot Hingga 20 Item Saja

Kegiatan ekspor di Kabupaten Bantul melibatkan sebanyak 10 ribu UMKM.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 20 Oktober 2020 | 19:35 WIB
Terdampak Pandemi, Produk Ekspor Supandi Merosot Hingga 20 Item Saja
Owner Gandok Craft, Supandi menunjukkan hasil kerajinan kursi stull yang dibuatnya di rumah produksi yang berada di Dusun Gersik, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Selasa (20/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Situasi pandemi Covid-19 yang berlarut nyatanya turut berdampak pada kegiatan ekspor UMKM di Bantul.

Hal tersebut seperti diakui pemilik kerajinan Gandok Craft, Supandi di Dusun Gersik, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul. Kerajinan yang bergerak di bidang produksi kerajinan tangan itu saat ini menghasilkan berbagai jenis produk, mulai dari produk dekorasi rumah hingga kursi stull serta pernak-pernik lainnya.

Supandi mengakui bahwa selama pandemi Covid-19, pesanan dari luar negeri terus menyusut bahkan hingga menyentuh 50 persen. Bahkan ia terpaksa harus mengurangi perajin yang bekerja di sana.

"Awalnya produksi perbulan bisa tembus 100-130 kerajinan yang dikerjakan 5-8 orang. Tapi karena terdampak Covid-19, tenaga berkurang jadi dua perajin saja. Produksi juga hanya 20 buah saja," ucap Supandi.

Baca Juga:Sosialisasikan Protokol Kopdar saat Pandemi, Begini Uniknya Ultah ISC DIY

Padahal, pangsa pasar Gandok Craft sendiri sudah menembus pasar luar negeri. Mulai Jepang, hingga benua Eropa dan Amerika menjadi beberapa tujuan ekspor kerajinan tersebut. Kendati belum sepenuhnya bangkit namun pesanan dari luar negeri saat ini sudah mulai berdatangan.

"Memang belum pulih seratus persen tapi bisa dibilang sudah menggeliat," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian (DUKMP) Pemkab Bantul Agus Sulistyana mengatakan hingga saat ini, kegiatan ekspor sudah melibatkan kurang lebih 10.000 UMKM yang berperan sebagai produsen kerajinan. Nilai ekspornya pun tidak main-main, sebab sudah menyentuh angka US$ 1,2 Juta.

"Sebenarnya ekspor kerajinan di Kabupaten Bantul memang terpengaruh tetapi tidak besar. Kalau sesuai data, sampai Juli 2020 kemarin saja sudah mencapai US$ 69 Juta. Kalau pertengahan Oktober ini diperkirakan sudah tembuh US$ 100 Juta," ujar Agus saat dikonfirmasi awak media, Selasa (20/10/2020).

Dikatakan Agus, kerajinan ekspor dari Bantul masih didominasi oleh anyaman bambu, kayu dan batu-batuan. Namun tidak dipungkiri oleh pihaknya bahwa masih ada beberapa kendala yang perlu menjadi perhatian oleh Pemkab Bantul.

Salah satunya perihal kontinuitas dan kualitas produk yang akan diekspor tersebut. Disampaikan Agus, masih harus ada upaya dari semua pihak untuk bisa meningkatkan dua aspek penting dalam setiap produk dari Bantul itu.

"Terkait itu kita sudah siapkan sekitar 220 paket pelatihan untuk para perajin. Tentu akan meliputi kerajinan yang memang diminati oleh pasar luar negeri," ucapnya.

Menurutnya pelatihan ini menjadi salah satu bagian penting agar masyarakat khususnya perajin dapat meningkatkan kualitas dan kontinuitas produk tersebut. Selain itu diharapkan juga dapat membentuk sentra-sentra kerajinan lain sehingga memudahkan dalam memenuhi kebutuhan ekspor.

"Kalau sudah mampu memenuhi kualitas dan kontinuitas, maka produk kerajinan Bantul akan lebih mudah lagi tentunya dalam menembus pasar ekspor," tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak