Tak Panik, Warga Lereng Berkegiatan Normal meski Aktivitas Merapi Meningkat

Tidak ada perasaan panik yang muncul meskipun BPPTKG menjelaskan adanya peningkatan aktivitas di Merapi.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Senin, 02 November 2020 | 12:00 WIB
Tak Panik, Warga Lereng Berkegiatan Normal meski Aktivitas Merapi Meningkat
Puncak Gunung Merapi terlihat dari Sungai Gendol, Bronggang, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (3/5). [ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah]

SuaraJogja.id - Meskipun ada peningkatan aktivitas di Gunung Merapi, seperti diungkapkan BPPTKG, masyarakat di lereng Gunung Merapi tetap berkegiatan normal.

Begitu juga pariwisata hingga penambangan, aktivitas di lereng gunung api teraktif di Indonesia itu tetap berjalan seperti biasa.

Carik Kalurahan Kepuharjo, Cangkringan, Tulus Budiwinarno, mengatakan, aktivitas masyarakat berjalan normal. Tidak ada perasaan panik yang muncul meskipun BPPTKG menjelaskan adanya peningkatan aktivitas di Merapi.

"Tidak ada kepanikan di masyarakat. Biasa saja, semua berjalan normal. Masyarakat akan tetap mematuhi apa yang direkomendasikan oleh pemerintah," katanya kepada Harianjogja.com -- jaringan SuaraJogja.id, Sabtu (31/10/2020).

Baca Juga:Selama 6 Jam, Gunung Merapi Alami 26 Kali Gempa Guguran

Apalagi, katanya, review rencana kontijensi (renckon) menghadapi bencana Merapi agar sesuai protokol kesehatan (prokes) sudah dilakukan. Hanya saja, sampai saat ini masih belum dilakukan simulasi. Menurutnya, simulasi penanganan bencana sesuai protokol kesehatan perlu dilakukan agar masyarakat memahami dan tidak kebingungan.

"Untuk dusun terdampak ada di Dusun Kopeng dan Batur, ada sekitar 800 jiwa. Barak pengungsian disiapkan di Kepuharjo. Jika tidak memungkinkan, kami arahkan ke Argomulyo," ujar Tulus.

Tulus mengatakan, kondisi jalur evakuasi saat ini untuk wilayah Kepuharjo 80 persen dalam kondisi baik. Kerusakan jalur evakuasi hanya 20 persen, terutama di sekitar wilayah Kaliadem, yang berjarak sekitar 5 km dari puncak Merapi. Selain itu, jalur penghubung antara Kepuharjo dengan Umbulharjo juga banyak yang mengalami kerusakan.

"Kalau saat ini misalnya harus dilakukan evakuasi, masyarakat sudah siap. Ada setidaknya 15 truk milik warga selain mobil dan motor pribadi. Cuma, apakah nanti sudah sesuai prokes seperti jaga jarak di truk itu bagaimana, saya belum tahu," kata Tulus.

Senada, Ketua Kampung Siaga Bencana Kalurahan Umbulharjo Sriyono mengatakan, kondisi masyarakat di wilayah atas masih berjalan normal, termasuk aktivitas wisata di Umbulharjo. Dalam proses penanganan bencana, katanya, sudah ada prosedur, baik evakuasi warga kelompok rentan, ternak, hingga wisatawan.

Baca Juga:Gunung Merapi Alami 26 Gempa Guguran dalam Enam Jam

"Kelompok ini yang pertama kami evakuasi jika status Merapi meningkat, tetapi sampai saat ini statusnya masih waspada," tutur Sri.

Sri mengungkapkan, perubahan Renckon juga masuk tahap finalisasi. Pada perubahan ini Renckon dititik tekankan pada masalah penerapan prokes, termasuk tata layanan logistik dan kesehatan pengungsi. Sebab, penanganan pengungsi sebelum pandemi berbeda dari saat pandemi.

"Misalnya di setiap barak harus menyediakan ruang karantina. Ini wajib disediakan untuk menyesuaikan dengan prokes," katanya.

Selain itu, sarana dan prasarana di lokasi barak juga harus memadai, seperti wastafel, masker, dan lainnya. Warga Umbulharjo, lanjut dia, menyiapkan tiga lokasi barak: Plosokerep, Wukirsari, dan Umbulmartani. Kelompok rentan akan ditempatkan di Brayut, Wukirsari.

"Kami sudah komunikasikan dengan Wukirsari dan Minomartani mana saja yang bisa digunakan untuk barak. Kami juga akan menginventarisir keburuhan ke depan. Kalau ada yang kurang siapa yang bisa memenuhi, apakah Pemdes, BPBD, atau siapa," terang Sri.

Untuk menguji Renckon, Sri mengungkapkan, pihak kalurahan akan melakukan simulasi pada pertengahan November. Simulasi tidak hanya melibatkan warga Umbulharjo, tetapi juga kalurahan penyangga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak