10 Tahun Erupsi Merapi, Warga Berbagi Cerita: Mengungsi Tak Pernah Kembali

Kini Remon dan Yami juga sama-sama harus beradaptasi dengan kehidupan sosial yang turut berubah.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sabtu, 31 Oktober 2020 | 17:43 WIB
10 Tahun Erupsi Merapi, Warga Berbagi Cerita: Mengungsi Tak Pernah Kembali
Warga Huntap Pagerjurang berbagi cerita perubahan yang dialami setelah 10 tahun erupsi Merapi - (YouTube/Dasawarsa Merapi)

SuaraJogja.id - Sepuluh tahun berlalu sejak erupsi Merapi meluluhlantakkan sebagian wilayah DIY dan Jawa Tengah pada 26 Oktober 2010 silam.

Ribuan kepala keluarga (KK) pun mengalami relokasi besar-besaran ke tempat tinggal yang lebih aman secara permanen.

Hunian tetap (huntap) Pagerjurang, Pedukuhan Giriharjo, Kalurahan Kepuharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman merupakan salah satu tempat tinggal sebagian dari mereka saat ini.

Remon, salah satunya, mengungkapkan pengalamannya selama tinggal di huntap pascaerupsi gunung paling aktif di Indonesia itu.

Baca Juga:Kenang Erupsi tahun 2010, Kill the DJ: Merapi Adalah Guru Semesta

Ia mengaku pernah menolak dipindah ke huntap karena lokasinya, kata dia, hanya berjarak sekitar 9 kilometer dari Puncak Merapi dan berdekatan dengan Sungai Opak, yang berhulu di Merapi.

Sempat terjadi pula kesalahpahaman antara warga dan pemerintah soal dijadikannya tanah warga yang lama sebagai hutan lindung, tetapi setelah melalui berbagai mediasi, kata Remon, permasalahan selesai dan hak milik warga atas tanah mereka tidak hilang.

Untuk itu, Remon akhirnya tak punya pilihan selain tinggal di huntap bersama warga penyintas erupsi Merapi lainnya. Ia pun harus rela "mengungsi selamanya".

"Ternyata dijadikan hutan rakyat, di mana tanah itu tetap menjadi hak milik [warga]. Nah itu, sehingga kami harus, ya mau tidak mau memilih huntaplah. Mengungsi tidak pernah kembali, gitulah kira-kira," kata Remon dalam tayangan "Jagongan Virtual Warga Merapi : Kesaksian Hidup di Huntap", yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Dasawarsa Merapi, Kamis (29/10/2020).

Kini Remon pun harus pulang-pergi naik-turun dari huntap ke tanahnya yang lama untuk bertani dan melakukan aktivitas lainnya demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Baca Juga:Komposisi Magma Gunung Merapi Masih Sama, tapi Berpotensi Lebih Eksplosif

Dalam menjalani kegiatan itu, Remon setiap hari harus mondar-mandir menempuh perjalanan sekitar 6 km.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak