Komposisi Magma Gunung Merapi Masih Sama, tapi Berpotensi Lebih Eksplosif

Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa magma yang dihasilkan tahun 2010 mengandung banyak gas.

Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Selasa, 27 Oktober 2020 | 21:05 WIB
Komposisi Magma Gunung Merapi Masih Sama, tapi Berpotensi Lebih Eksplosif
Gambaran Plumbyng Sistem dalam lambung Merapi. - (YouTube/ Dasawarsa Merapi)

SuaraJogja.id - Staf Pengajar Fakultas Teknik Geologi UGM, Agung Harijoko, menyebutkan, Gunung Merapi merupakan salah satu gunung yang masih aktif di Indonesia. Komposisi magma yang ada dinilai masih sama, tetapi memiliki kemungkinan erupsi yang lebih eksplosif. 

Update terakhir evolusi geologi Merapi membagi evolusi Merapi menjadi tiga pada tahun 2012, yakni proto Merapi, Merapi tua, dan Merapi muda. Proto Merapi ditandai dengan kehadiran Gunung Bibi  di timur laut dari puncak Merapi yang sekarang dan dua gunung lainnya, Turgo dan Plawangan di lereng selatan Merapi .

Dari penanggalan yang didapat, usia Gunung Bibi sekitar 109.000 tahun yang lalu. Sedangkan Gunung Turgo dan Plawangan masing-masing 138.000 dan 135.000 tahun yang lalu. Usia gunung ini lebih tua daripada lava yang ditemukan dekat dengan puncak Gunung Merapi .

"Dari analisis penanggalan lava yang ada disana ini didapatkan umur 30.000 tahun yang lalu," ujar Agung.

Baca Juga:Hujan Semalaman, Talut Jembatan Bailey Penghubung Bantul-Gunungkidul Ambrol

Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan Merapi tua mulai aktif kurang lebih 4,8 ribu tahun yang lalu. Pada kurun waktu tersebut terjadi sektor kolep, dan sektor yang baru disebut dengan Merapi muda.

Ada tiga fase perkembangan Gunung Merapi , yang saat ini aktif adalah kerucut muda atau yang disebut sebagai Merapi muda. Aktifitas dari gunung ini terus berjalan hingga saat ini dengan erupsi di berbagai arah. Seperti saat ini ke arah selatan setelah sebelumnya lebih banyak ke barat daya.

Dari analisis rekahan yang ada, frectur yang ada dipengaruhi dari struktur geologi nasional. Adanya struktur yang mengarah ke barat laut dan tenggara di Merapi juga direpresentasikan dengan adanya arah rekahan baru yang memisahkan badan kubah lava Merapi serta arah amphitheater Merapi.

"Karakter erupsi Merapi yang tercatat dalam sejarah atau Merapi moderen umumnya berupa erupsi non eksplosif," imbuh Agung.

Erupsi ini merupakan akibat dari runtuhan kubah lava yang menghasilkan produk atau endapan berupa block and as flow. Jika dilihat dari level VEI, Gunung Merapi memiliki level tertinggi pada tahun 1872 dan 2010.

Baca Juga:Jelang Debat Publik Pertama, 2 Paslon Pilkada Bantul Optimis Ungguli Rival

Pada erupsi 2010 digolongkon sebagai erupsi sub plinian, menghasilkan aliran lahar yang mengandung batu apung. Keberadaan batu apung menandakan di bawah adanya fragmentasi magma. Biasanya erupsi yang mengandung batu apung merupakan erupsi bersifat ledakan.

Ledakan erupsi yang besar juga menunjukkan adanya perubahan magmatisme dalam dapur magma. Kondisi dalam dapur magma bisa dilihat berdasarkan petrologi batuan yang dierupsikan. Serta dibantu dengan analisis dan pengukuran geofisika.

Ada empat aliran lahar yang ada di Merapi pada tahun 2010 berdasarkan endapannya. Material yang dihasilkan pada tahun 2010 menghasilkan batuan yang baru. Meskipun secara komposisi masih sama dengan yang ada pada tahun 2006.

Endapan abu vulkanik sendiri yang diambil dari Pos Pengamatan, 11 KM barat daya puncak memiliki ketebalan 5 cm. Terdiri dari pecahan andesit berukuran batu kasar. Dari hasil penelitian juga menyebutkan bahwa magma yang dihasilkan tahun 2010 mengandung banyak gas.

"Dari beberapa inklusi batuan yang ditemukan, ini ada beberapa macam batuan bekuan," imbuhnya.

Di antarany ada inklusi andesit dalam andesit, basait dalam andesit, diorit, micrograbbro, cummulate gabbro dan megacryst amfibol. Dari analisis-analisis ini, jika terus dilakukan akan bisa membuat gambaran plumbyng sistem.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak