SuaraJogja.id - Momen langka diperlihatkan Presiden Jokowi saat memimpin sidang kabinet Paripurna di Istana Negara Senin lalu. Ia menegur Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Teguran itu pun menggelitik ahli hukum tata negara, Refly Harun.
Dalam channel YouTubenya, mula-mula Refly membacakan berita mengenai suasana sidang kabinet paripurna beberapa waktu lalu. Di mana kala itu Jokowi sempat memberi teguran kepada Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Teguran itu terkait dengan masih loyonya pertumbuhan investasi yang masuk ke Indonesia.
Baca Juga:Solo Tak Memadai, Kemenag Minta DIY Bangun Embarkasi Haji di YIA
"Saya sebenarnya sudah mewanti-wanti kepada Kepala BPKM dan Menko Marinves agar paling tidak di kuartal ketiga ini bisa minus di bawah 5 persen, tapi ternyata belum bisa," kata Jokowi seperti diwartakan Suara.com sebelumnya.
Sikap Jokowi itu pun menggelitik Refly Harun.
Ia menjelaskan sudah seharusnya jika para menteri itu tidak perform sepatutnya diganti.
"Harusnya tiap menteri ada QPI kalau dia jabatannya menteri atau setingkat menteri yang menggawangi bidang ekonomi atau investasi itu sangat mudah diukur karena berdasarkan kuantitasnya. Dengan QPI itu Jokowi bisa menilai apakah menteri tersebut perform atau tidak. Kalau tidak harusnya diganti apalagi sudah satu tahun masa pemerintahan Jokowi sejak dilantik 20 Oktober 2019 lalu. Kalo kabinet juga sudah, karena beberapa hari kemudian," jelasnya.
Namun, menurutnya yang jadi pertanyaan besar mengapa Jokowi hingga saat ini urung melakukan evaluasi atau bahkan resuffle? Padahal seperti diketahui khalayak, banyak pihak bahkan hingga pendukung Jokowi sendiri yang meminta adanya reshuffle.
Baca Juga:Kenaikan UMP DIY 2021 Tak Penuhi KHL, Puluhan Buruh Topo Pepe di Titik Nol
"Pertanyaannya kenapa Jokowi ragu-ragu mengganti menterinya. Padahal keluhan juga datang dari presiden Jokowi sendiri mereka tidak bersikap extra ordinary terhadap kondisi yang ada. Apalagi saat ini Indonesia sedang menghadapi kondisi yang luar biasa, keterpurukan ekonomi dan covid-19," katanya.
- 1
- 2